21 - Hantu

72 8 0
                                    

~🖤~

Hana mendalami perannya rasanya sudah seperti chef internasional kalau mengerjakan pekerjaan dapur seperti ini padahal yang ia lakukan saat ini hanya memotong sosis. Pagi ini Hana akan membantu Rahma untuk membuat sarapan nasi goreng.

Rahma yang sibuk mengoseng beberapa bawang merah dan bawang putih pun menolehkan pandangannya pada Hana.

"Ana, sore ini mama mau ke tempat Nenek sama Rio."

Hana mengerutkan keningnya menatap mata Rahma menyelidik sembari berkata,"terus Hana ditinggal?"

Rahma menganggukan kepalanya ragu."Gak papa kan? Cuma semalam doang kok, An. Besok minggu pulang," ucap Rahma meyakinkan.

Hana mengerutkan bibirnya menatap Rahma cemberut."Kalo nanti malam ada hantu gimana? Hana kan takut hantu," rengek Hana.

Rahma terkekeh pelan ada-ada saja pikiran anak gadis satu-satunya itu. Rahma kembali menatap wajannya lalu memasukkan nasi ke dalamnya sembari mengaduk-ngaduknya.

"Gak, ada hantu, Ana. Kamu udah gede kok masih takut hantu," sindir Rahma."Lagian kan ada Mas Hendri juga di sebelah, nanti mama minta bantuan Mas Hendri deh, biar kalo ada hantu dia yang bantuin kamu."

"Ih, mama kok malah kayak ngeledek sih." Hana mencebik kesal.

Padahal kan ia serius, bagaimana kalau hantu-hantu itu mengunjungi rumahnya karena dia sendirian di rumah. Terus bagaimana kalau sampai ada adegan yang menyeramkan seperti yang ada di film-film horror. Hana mengedikan bahunya membayangkannya saja sudah membuatnya bulu kuduknya berdiri.

~*~

Hana dan Hendri berdiri berdampingan di depan pagar rumah Hana, menunggu Rahma dan Rio berangkat ke rumah neneknya. Ya, ternyata Rahma benar-benar meminta bantuan Hendri untuk menemani Hana agar tak takut sendirian.

"Mama, gak takut emang kalo Ana ditinggal sama Mas Hendri?" tanya Hana cukup terdengar di telinga Hendri.

Rahma tersenyum tipis."Gak lah, mama percaya sama Mas Hendri dan mama juga percaya sama kamu," balasnya membuat Hana merengek lagi padahal ia ingin mamanya ragu lalu menyuruhnya ikut.

"Ya udah, mama berangkat dulu ya sama Rio."

Rahma berjalan mendekati Rio yang baru saja mengeluarkan motornya dari garasi rumahnya. Rahma naik ke atas motor kemudian menolehkan pandangannya pada Hana yang masih memasang wajah memelas.

"Dah," seru Rahma sembari melambaikan tangannya, namun diabaikan oleh Hana dan diberi senyuman oleh Hendri.

Setelah itu motor yang dikendarai Rio melesat pergi meninggalkan pekarangan rumah membuat Hana mendengus kesal.

"Udah, gak usah cemberut gitu. Mama lo cuma malam ini doang, besok kan pulang."

Hana memberikan lirikan tajam pada Hendri."Bodo," ucapnya kesal lalu berjalan memasuki rumah meninggalkan Hendri di depan sembari menghentak-hentakan kakinya.

"Lo, gak mau nginep, Han?" tanya Hendri.

"GAK, GUE BISA SENDIRI!" teriak gadis itu menutup pintunya kuat sampai membuat Hendri mendelik sedikit.

~*~

Hana dari sore tadi sampai jam sembilan malam ini hanya berdiam diri di dalam kamarnya, ia sama sekali tak berani keluar, pintunya pun di tutupnya rapat. Untuk mengisi waktunya ia hanya menonton film di laptop sesekali mengecek ponselnya.

Saat asik-asiknya menonton Hana malah merasakan ingin buang air kecil."Duh, Hana, bisa gak malam ini aja gak pipis dulu?" rengeknya.

Awalnya Hana mendiamkannya berharap hilang, namun takdir berkata lain, saat ini ia benar-benar kebelet dan harus segera ke wc. Hana meletakkan laptopnya di atas kasur, lalu berlari kecil menuju pintu kamarnya.

Dengan perlahan Hana membuka gagang pintu berharap tak ada sesuatu yang akan mengejutkannya, Hana menghirup napasnya dalam-dalam memberanikan diri ke belakang menuju wc.

Setelah selesai membuang air kecil Hana beranjak pergi langsung ke kamarnya.

Bruk!

"ALLAHU AKBAR!" teriak Hana terkejut karena terdengar barang jatuh di dapur.

Dengan degup jantung yang berdebar kencang Hana berlari keluar rumah menuju ke sebelah menghampiri Hendri.

"Mas Hendri," rengek Hana mengetuk kuat pintu rumah Hendri yang sudah terkunci itu.

Tak butuh waktu lama Hendri membuka kunci rumahnya dan membukakan pintunya. Hendri melotot melihat Hana yang tiba-tiba menangis di hadapannya.

"Hana, lo kenapa?" tanya Hendri menarik bahu Hana khawatir.

Hana melengkungkan bibirnya ke bawah."Mas, a-ada hantu di rumah," tuturnya perlahan kemudian kembali tersedu menangis.

Hendri melongo sebentar berusaha memutar kembali apa yang dikatakan Hana barusan. Hana menangis karena ada hantu di rumah? Hendri langsung mengulum bibirnya untuk tidak tertawa.

Hana mencebik dalam tangisnya lalu memukul lengan Hendri kasar."Ih, serius!" decaknya membuat Hendri tak tahan dan langsung tertawa di depan Hana yang masih sembab karena habis menangis.

"Ya, udah masuk." Hendri meminggirkan tubuhnya membiarkan Hana masuk."Dibilang juga nginep aja, malah ngeyel. Lo tuh masih bocil, jadi gak mungkin gue ngapa-ngapain lo," omel Hendri.

Hana yang mendengar itu langsung memberikan lirikan tajam pada Hendri. Hendri bukannya takut, malah kembali tertawa karena teringat akan Hana yang tadi menangis.

Hendri kembali menutup pintunya hendak mengunci kembali pintunya, Hana yang melihat itu langsung membulatkan matanya."Mas, jangan," ucap Hana menghentikan aktifitas Hendri.

"Kenapa?" tanya Hendri mengerutkan keningnya.

Hana memberikan cengiran kuda pada Hendri."Aku belum kunci pintu rumah sama hp aku juga ketinggalan di rumah," ucapnya membuat Hendri mendengus pelan sembari memutar mata malas.

"Dasar!"

~🖤~

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang