47 - Pamit

112 6 0
                                    

~🖤~

Setelah cukup lama menghabiskan waktu di rumah Hendri dan ayahnya, Hana dan Hendri pun memutuskan untuk pulang, karena Taufan ada urusan dalam pekerjaannya.

"Berarti Mas Hendri balik lagi dong ke rumah itu?" tanya Hana tiba-tiba saat mereka sudah dalam perjalanan.

Hendri diam berpikir sebentar."Harusnya sih gitu, tapi rasanya gak mau," balas Hendri.

Hana mengerutkan keningnya bingung."Loh kenapa? Kan Mas Hendri udah baikan sama ayah," ucap Hana bingung.

Hendri terkejut sebentar saat Hana menyebut ayahnya dengan sebutan ayah, namun Hendri kembali menetralkan wajah sambil tersenyum kecut.

"Soalnya tetangga sebelahnya ada cewek cantik," balas Hendri.

Mata Hana membulat lalu tertawa pelan, Hana berdecih pelan, ia baru sadar ternyata Hendri hanya ingin menggodanya saja. Hendri yang melihat itu juga ikut terkekeh pelan karenanya.

~*~

Sepulang sekolah Hana langsung izin ke sebelah untuk membantu Hendri bersiap untuk pindah kembali ke rumah lamanya dan tinggal bersama Taufan kembali. Beberapa barangnya sudah diangkut menggunakan mobil pick up yang tersisa hanya beberapa baju Hendri, Hana akan membantu melipat baju Hendri dan memasukkannya ke dalam tas.

Hana berdiri di depan pintu kamar Hendri sambil memperhatikan lelaki itu masih memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam tas. Hana berhenti sebentar, lalu berjalan perlahan mendekat ke samping Hendri.

"Mas ingat ya kata Ayahku," ucap Hana mulai membantu Hendri.

Hendri mengerutkan keningnya bingung."Kata apa?" tanya Hendri.

"Kita itu harus ngejalanin hubungan yang sehat, gak boleh aneh-aneh."

Gerakan Hendri terhenti sejenak sambil berpikir sebentar, setelahnya Hendri pun baru paham saat melihat mereka berdua saat ini sedang berdua di kamarnya.

Hendri langsung berdecih melihat Hana, lalu menjentik kepala Hana pelan."Pikiran lo nih kotor banget ya, suudzon terus!"

Keduanya pun terkekeh pelan sambil terus melanjutkan pekerjaan mereka hingga selesai. Tak butuh waktu lama akhirnya mereka selesai. Hendri mengalihkan pandangannya menatap Hana begitu juga Hana tanpa berbicara.

Hana lalu memutar matanya mengamati setiap sudut kamar Hendri."Mas setuju gak kalo kata orang warna kamar itu menentukan warna kesukaan," ucap Hana.

Hendri diam sebentar sambil ikut mengamati warna kamarnya yang berwarna dominan warna hitam itu, Hendri kemudian mengangguk sambil kembali menatap Hana.

"Iya soalnya teman gue yang namanya Hiro itu suka merah muda dan kamar dia warna merah muda juga, sampe sakit ngeliatnya." Hendri terkekeh setelahnya.

Hana ikut terkekeh mendengar itu."Oh ya?" Hendri mengangguk sebagai jawaban.

"Berarti kalo mas suka warna hitam ya?" tanya Hana lagi lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Gak kok." Hendri menggelengkan kepalanya cepat.

"Tapi ini warnanya hitam?"

"Itu kan di rumah sini, kalo yang di sana warnanya biru," jawab Hendri.

"Berarti Mas Hendri suka biru?"

Hendri tersenyum lalu berdiri mengambil tasnya yang sudah diisi bajunya tadi, Hendri menyempatkan untuk mengacak puncak kepala Hana sebentar.

"Iya Hana," jawabnya lalu pergi meninggalkan Hana keluar.

~*~

Hana, Rio, Rahma dan Adam berdiri di depan pagar mengantar Hendri keluar, karena tadi Hendri sempat pamitan sebentar ke rumah Hana.

"Hendri pamit dulu ya om, tante, Rio." Hendri kemudian menyalimi satu-satu, sementara dengan Rio hanya saling tos.

Semenjak Hendri dan Hana kembali sama-sama, Rio tak lagi dingin padanya, malah mereka makin akrab dan kadang bermain game bersama.

Hendri mengalihkan pandangannya ke arah Hana, Hendri langsung tersenyum tipis lalu mengacak puncak kepala gadis itu pelan, Hana langsung tertunduk malu karena diperhatikan oleh Adam, Rahma dan Rio, yang lain pun langsung tertawa karena sikap kedua orang itu.

Setelahnya Hendri beranjak pergi menuju mobil, setelah itu mulai menjalankan mobilnya sambil saling melambaikan tangan dengan keluarga Hana.

~*~

Meski rumah mereka sudah tak searah namun Hendri tetap memaksa untuk mengantarkan Hana ke sekolah, padahal ia juga mau mengajak Rio tapi cowok itu tetap tak mau dan masih setia dengan motor vespanya.

Hendri juga sering mengajak Hana keluar untuk makan atau untuk sekedar mengisi weekend bersama, keluarga mereka juga kadang dinner bersama hanya sekedar untuk mempererat tali kekeluargaan.

Dan kabar gembira bagi semuanya tepat seminggu lagi pada tanggal 11 Juli adalah hari pernikahan antara Taufan Mahardika dan Jovanka Aurelia. Undangan pernikahan mereka pun sampai ke telinga Linda.

Linda menopang kepalanya yang pusing dengan tangannya, akhir-akhir dirinya merasa tersiksa, ia merasa kesepian semenjak mendengar berita tentang kebersamaan Hendri dan Hana yang sudah bahagia.

Linda melirik mengambil ponselnya sambil isi dalam wa-nya, tangan Linda terhenti saat melihat kontak Beni. Linda dan Beni memang sudah terputus hubungan semenjak, Beni bilang bahwa dirinya akan benar-benar pergi, dan itu benar.

Linda terdiam sebentar lalu tersadar akan sesuatu. Wanita itu langsung berdiri bergegas mengambil kunci mobilnya dan membawanya ke suatu tempat. Sampai akhirnya mobilnya berhenti tepat di depan rumah seukuran dengan rumahnya, Linda berjalan keluar mobilnya mulai berjalan ke depan teras rumah orang itu.

Linda menutup matanya sejenak sembari menghirup napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, tangan Linda bergerak mengetuk pintunya beberapa kali hingga langkah kaki terdengar mendekat ke depan pintu.

Bersamaan dengan pintu yang terbuka dan menampakkan seorang pria mata Linda pun mulai berkaca-kaca.

"Beni, gue minta maaf!" Beni terkejut dengan kehadiran Linda namun ia tetap diam menatap datar wanita itu."Kita masih bisa temenan kan?" tanya Linda.

Beni menghela napas gusar, mau bagaimana pun hati kecilnya tetap tak bisa melihat Linda bersedih.

~🖤~

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang