14 - Nebeng

84 6 0
                                    

~🖤~

Hana menyimpun peralatan sekolahnya untuk dimasukkan ke dalam tas. Bel pulang sekolah baru saja berbunyi tadi.

Rio melirik Hana sedikit kemudian bangkit dari tempat duduknya menyikut tasnya ke bahu kanan berjalan mendekat ke samping tempat duduk Hana.

"Apa?" tanya Hana mendongakan menatap Rio.

"Lo pulang sama om-om itu?"

Hana melotot bisa-bisanya Rio memanggil Hendri dengan sebutan om. Padahal kan Hendri masih muda, hanya beda lima tahun dari mereka.

"Iya, lah. Enak aja dia yang nganter, dia juga dong yang harus jemput."

Rio mangut-mangut mengerti mengalihkan pandangannya pada Gio."Gio, ayo pulang."

"OGHEY BOSS!" Gio bangkit dari duduk yang berada tepat di samping tempat duduk Rio tadi.

"Hana, gue cuma mau ngasih tau kalo Rio tuh sebenarnya khawatir kalo lo sama cowok. Persis kayak yang gue rasain ke Gia adek gue," ucap Gio berbisik sebentar ke arah Hana lalu berlari kecil menghampiri Rio yang sudah berjalan lebih dulu keluar kelas.

Hana terkekeh pelan memutar wajahnya bertatapan dengan Oliv."Apaan sih, Gio suka ngadi-ngadi kalo ngomong. Rio tuh terlalu dingin buat jadi sodara yang romantis kayak gitu," ucap Hana membuat Oliv ikut terkekeh juga.

"Gak tau, gue anak tunggal," balas Oliv.

"Lah, kenapa malah jadi bahas sodara sih?" tanya Hana dijawab kekehan pelan Oliv sembari mengedikkan bahunya."Dah lah, ayo keluar," lanjut Hana.

Hana dan Oliv pun bangkit dari tempat duduk mereka, setelah itu berjalan beriringan menuju ke luar kelas, sembari masing-masing menunggu jemputan mereka memilih duduk di bangku yang tersedia di hadapan sekolah.

"Terus gimana, Liv. Hubungan lo sama Kak Arul gimana?" tanya Hana setelah mereka mendaratkan bokong mereka di bangku panjang depan sekolah.

Oliv tersenyum kecut sambil tangannya sibuk membuka botol air mineral lalu meneguknya."Ya, gitu," balas Oliv menutup kembali botol air mineralnya.

"Gitu gimana? Gak ada perubahan gitu?" tanya Hana lagi.

Oliv menggeleng pelan sebagai jawaban membuat Hana menghela napas panjang."Sabar ya, gak tau kenapa tapi yang jelasnya gue yakin banget kalo Kak Arul itu juga ada perasaan sama lo!"

Mendengar itu Oliv langsung terkekeh pelan, setidaknya kata-kata Hana barusan membuat Oliv sedikit ada harapan walau sedikit kemungkinannya.

Alih mata mereka langsung teralih dengan mobil berwarna putih. Dari jauh pun Hana maupun Oliv sudah hapal dan tau kalau itu adalah mobil jemputan Oliv.

Oliv kemudian berdiri menyikutkan tasnya."Hana, lo serius Mas Hendri bakal jemput lo?" tanya Oliv memastikan. Hana kemudian menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Gak mau ikut gue aja?" tawar Oliv.

Hana menggeleng cepat."Lo gak usah khawatir, tenang aja, gue pasti pulang kok. Dah sana!"

Oliv yang awalnya sedikit ragu karena satu persatu murid sudah mulai pulang, tapi Hendri belum sama sekali datang untuk menjemput sahabatnya Hana.

"Yakin?" tanya Oliv lagi sebelum membuka pintu mobilnya yang mendapat desahan dari Hana pelan.

"Iya, Oliv. Udah sana!" usir Hana.

Beberapa menit setelah mobil Oliv melenggang pergi. Hana kembali membuka room chat milik dia dan Hendri. Pesan yang ia kirim beberapa waktu lalu belum juga dibaca, padahal sudah centang dua.

Hana menghela napas berat, betul tidak sih Hendri akan menjemputnya?

"Kak Hana?" seru seseorang yang baru saja berhenti tepat di depan bangku tempat duduk Hana.

"Vito?" ucap Hana bersamaan dengan kepala yang memutar menghadap Vito yang masih duduk di atas motornya.

"Gak pulang kak?"

"Masih nunggu jemputan," balas Hana.

"Lah tapi tadi aku liat, Bang Rio udah pulang duluan. Parkiran juga udah kosong loh ini, sisa beberapa anak osis doang."

Hana kemudian mengalihkan pandangannya ke arah parkiran. Benar, parkiran memang sudah kosong hanya tersisa tiga motor anak osis.

"Gak mau ikut aku aja, kak?"

Hana terdiam sebentar tak langsung menjawab seperti saat Oliv menawarkan tadi. Hana mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di tangan kanannya ke bangku panjang yang ia duduki saat ini.

"Boleh?" tanya Hana.

Vito seketika terkekeh pelan."Ya, boleh dong kak."

Cowok itu kemudian mengambil helm di jok motornya yang memang tersedia untuk situasi-situasi seperti ini, jika ada yang ingin menumpang mendadak.

Hana tersenyum canggung setelah itu berjalan mendekat pada Vito dan mengambil helm milik Vito.

"Bisa gak kak?" tanya Vito memastikan saat melihat Hana yang sepertinya kesulitan mengunci helm milik Vito karena sedari tadi gadis itu belum juga selesai-selesai memasangnya.

"Gak tau ini, kok gak masuk-masuk," ucap Hana masih berusaha keras mencoba untuk mengunci helmnya.

"Coba siniin," sahut Vito.

Awalnya Hana ragu-ragu, setelah itu maju perlahan mendekat sedikit ke arah Vito. Dan membiarkan cowok itu memasangkan kuncian pada helm milik Hana.

"Acie... Vito sama Hana," goda anak osis yang baru saja pulang dan tak sengaja melihat kejadian tadi saat melewati tempat Hana dan Vito berada.

Hana dan Vito pun jadi saling tatap sebentar."M-makasih," ucap Hana sedikit gugup saat Vito sudah selesai mengunci helmnya.

Hana menaiki belakang motor milik Vito untuk menghilangkan kecanggungan. Saking merasa canggungnya sampai-sampai Hana tak sadar bahwa tadi Vito sempat tersenyum tipis karenanya.

~🖤~

Gak salah kan, kalo Vito itu incaran kakel? Modelannya aja begini😭

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang