5 | Batal Menikah?

18.5K 1.3K 26
                                    

Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca♡

°°°

Mereka berdua sudah sampai di toko perhiasan. Anindya sempat mencari-cari cincin yang cocok untuknya dan Ardhan.

"Pilih cincin yang kamu suka," ucap Ardhan. Ia tidak mau memusingkan diri untuk sekedar mencari cincin. Toh, sama saja. Jadi, biarkan Anindya yang memilih sesukanya. Lagipula dia pasti jarang sekali pergi ke toko perhiasan.

Pilihannya jatuh pada salah satu cincin yang terlihat sangat sederhana.

Cincin yang sangat sederhana dengan berlian yang kecil di cincin itu membuatnya terkesima. Sedangkan cincin punya Ardhan terlihat lebih polos tapi bentuknya tidak beda jauh dengan punya Anindya versi laki-lakinya. Kedua cincin pernikahan itu terlihat sangat cocok untuk mereka berdua.

"Mbak saya mau lihat cincin yang ini," tunjuk Anindya pada salah cincin yang ada di etalase perhiasan itu. Dengan patuh mereka mengambilkan keinginan Anindya.

Terlihat sangat senang saat kedua cincin itu ada dihadapannya. Lalu pandangannya mengarah pada Ardhan. "Abang suka gak?"

"Kita bisa beli yang lebih mahal dari pada itu, jangan buat saya malu dengan membeli cincin sederhana itu!" Suara Ardhan bergema begitu saja ditelinga Anindya.

Anindya merubah ekspresinya menjadi mendung. Senyumnya yang terpancar kian redup saat mendengar saran calon suaminya. "Mau mahal atau murah sama aja, ini kan salah satu pengikat kita berdua untuk menandakan kita sudah menikah. Abang malu ya sama pilihan Anin? Kalau gak mau gak papa, Abang yang pilih ya, Anin takut Abang gak suka sama pilihan Anin lagi," lirih Anindya.

Ardhan mencoba untuk memutar kembali ucapannya tadi. Apakah sangat menyakitkan bagi Anindya sehingga gadis itu tersinggung? Huft, kenapa bisa lepas kendali seperti ini.

"Kamu benar suka sama cincin itu?" Tanya Ardhan.

Sebuah anggukan dari Anindya membuat Ardhan paham. "Yasudah kita ambil yang itu,"

"Mau ditulis nama siapa, Pak, Bu?"

"Ardhan dan Anindya." Mereka mengukur kembali cincin pernikahannya.

Setelah menunggu cincin itu jadi, mereka berdua langsung pergi menuju butik teman bundanya.

"Permisi, Tan," ucap Ardhan.

Wanita paruh bayah yang usianya tidak terlalu jauh dengan ibunya pun tersenyum dan menyambutnya dengan baik. "Eh ada Ardhan, mau fitting baju, ya?"

Ardhan mengangguk. "Iya ,Tan,"

Amel, nama teman sang bunda dan sekaligus pemilik butik ini. "Haduh Ardhan, calon istri kamu cantik banget." Puji Amel.

Anindya tersipu malu. Lelaki itu meliriknya sekilas. Benar juga sih, gadis ini punya daya tarik sendiri. Ardhan menyadarinya.

"Kamu namanya siapa, Cantik?" Tanya Amel.

"Anindya, Tante." Jawab Anindya dengan sopan.

"Cantik banget menantunya Rena, Tante jadi pengen punya menantu kayak Anin," Amel terkekeh. Amel memang punya anak laki-laki yang sudah bekerja disalah perusahaan milik keluarganya. Kebetulan Amel hanya punya anak satu, namanya Ghani.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang