Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.
Selamat membaca♡
°°°
Dalam perjalanan pulang, bayi mungil itu tertidur dipelukan Anindya. Ardhan yang memang sedang menyetir hanya meliriknya sekilas. Kadang juga tangannya mengelus pelan pipi gembul bayi itu.
Topi khas bayi terpasang indah dikepala Ghea. Anindya selalu menepuk nepuk pantat Ghea agar kembali tidur. Rengekan dari mulut Ghea membuat dua orang itu menjadi panik.
Dot bayi yang memang berisi ASI Sherly yang sudah disediakan pun Anindya berikan. Ghea menyedot habis susu yang ada didalam dot itu. "Haus ya sayang, pinternya habis susunya," perlahan matanya mulai menutup lagi.
°°°
Sepertinya Ardhan ingin mengajak istrinya itu kesuatu tempat. Mungkin dengan membelikan barang itu membuat istrinya senang. Mereka mampir dulu ke sebuah mall untuk membelikan hadiah untuk Anindya, meski belum tanggal ultahnya. Tidak apa, sekali kali membuat gadis itu senang.
"Bang, kita kok kesini?" Memang tujuan awalnya ingin pulang, karena Ardhan tidak mengucapkan sesuatu pada dirinya.
"Mumpung saya lagi ada waktu, ayo masuk," ajaknya.
Ghea masih tertidur pulas. Untuk pertama kalinya bayi kecil itu diajak kesuatu tempat yang memang belum pernah diajak selain dengan kedua orang tuanya.
Ardhan memang berjalan dampingan dengan Anindya. Dia tidak mau berjalan duluan, meski dia mau. Tapi, kali ini tidak. Istrinya itu sedang menggendong Ghea, mana mungkin tidak menjaga dua orang itu.
Ardhan memilih masuk kedalam toko yang menjual pakaian wanita. Anindya hanya mengikutinya. Rencananya memang ingin membelikan baju untuk istrinya.
Toko baju yang mereka kunjungi memang langganan Bundanya saat pergi ke mall. Ada banyak pakaian bagus yang baru Anindya lihat. Maklum lah, biasa dia selalu diajak ibunya kepasar untuk membeli dress baru. Meski harganya terjangkau, tapi pilihan seorang ibu tidak akan pernah salah.
"Kamu pilih baju sepuas kamu, ya. Mau pilih dress atau daster, ambil aja. Mau dua duanya juga boleh, pokoknya yang banyak ambilnya. Baju kamu gak banyak di apartemen." Anindya akui dia memang tidak terlalu banyak membawa baju bajunya dari kampung. Hanya beberapa baju yang dia bawa dan dia sukai saja. Maksudnya beberapa baju yang pantas bila bersama Ardhan---- yang notabenenya keluarga berada.
"Anin bisa beli bajunya dipasar kok, Bang. Disini terlalu mahal bajunya," Anindya masih menepuk nepuk bagian pantat Ghea karena memang bayi itu sedikit terusik tidurnya.
Tangan yang dilipat didepan dada membuat kesan kalau Ardhan adalah pria yang dingin. Apalagi dengan hoodie berwarna Army ditambah dengan jelana jeans berwarna hitam. "Kamu lupa kalau punya suami yang kaya?" Tuh kan, muncul lagi sifat sombongnya.
Anindya meringis. Dia sudah bisa menebaknya. "Cepat pilih, saya temani kamu disini,"
Suaminya itu benar benar menepati ucapannya. Dia terus mengikuti kemana dirinya melangkah, untung saja Ghea sedang tertidur. Kalau bangun pasti ribet.
Ada 6 baju dress selutut dengan warna yang berbeda beda. Juga 7 daster rumah dengan motif dan warna yang berbeda. Jadi total ada 13 baju baru yang Anindya beli. Itu semua bukan kemauan dirinya, suaminya lah yang memaksa untuk membeli banyak baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
SpiritualitéNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...