39 | Istana Ardhan & Anindya

14.5K 734 2
                                    

Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.

Selamat membaca♡

°°°

Hampir satu bulan lamanya bayi gemas milik Ardhan dan Anindya diruang inkubator. Selama 3 hari pasca operasi caesar Anindya sudah diperbolehkan pulang. Mengingat dirinya harus kontrol lagi ke Dokter untuk jahitan operasinya.

Selama itu juga Anindya selalu datang keruang inkubator sang anak, tempat anaknya itu berada saat ini. Tapi, hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk seorang ibu. Pertama kalinya ia menggendong anaknya. Beribu ciuman sudah ibu muda itu salurkan dipipi sang anak.

Ardhan yang melihatnya pun ikut terharu. Merasa didekat kedua orang tuanya saat ini, akhirnya bayi gemas itu tersenyum membuat pipi sebelah kanannya terlihat lesung pipi.

"MasyaAllah ganteng banget anak bunda," puji Anindya.

Jemari Ardhan mengelus pipi sang anak, melihat ayahnya yang ada didekatnya membuat bayi itu menggeliat. "Biar abang saja yang gendong," Anindya menurut. Ia memberikan bayi itu agar ayahnya saja yang menggendong si kecil.

"Anaknya tampan sekali, Bu." Puji Dokter Lina yang menemani Anindya untuk mengambil bayinya.

Anindya tersenyum tipis. "Terima kasih, Dokter."

"Baik kalau begitu untuk dedek bayinya sudah diperbolehkan pulang. Keadaan tubuhnya sudah mulai seperti bayi biasanya, untuk ibu Anin jangan mengerjakan hal yang berat dulu ya mengingat jahitannya yang masih belum kering, takut terbuka lagi dan akan berakibat fatal." Ujar Dokter Lina.

Ucapan Dokter Lina sudah seperti peringatan bagi kedua pasutri tersebut. Mengingat ini pertama kalinya untuk mereka menggendong bayi mungil seperti itu. Biasanya hanya Ghea saja. Sekarang sudah bisa gendong anak sendiri.

"Terima kasih dokter. Kalau begitu kami permisi dulu." Ujar Ardhan dengan sopan.

Dokter Lina mengangguk. "Silahkan, hati-hati dijalan."

Anindya tidak berhenti untuk mencium anaknya yang sedang ia gendong. "Sekarang dedek sudah bisa tinggal sama ayah dan bunda, senang, ya?" Ujar Anindya pada anaknya yang sedang melihat kearahnya.

Pergerakan anaknya yang menggeliat seraya tersenyum membuat sang ibu itu menghangat hatinya. "Pasti dong. Jagoan ayah harus kuat, iya, kan, Nak?" Sesekali Ardhan mengelus kepala anaknya.

Mereka berdua terkekeh. Ibu satu anak itu merasa senang sekali saat anaknya didekatnya seperti ini. "Eh bang kok ini bukan kearah apartemen kita?!" Tanya Anindya.

Ardhan hanya terkekeh saat istrinya menyadarinya bahwa mereka tidak pergi keapartemen. Pria itu ingin memberikan kejutan untuk dua orang special didalam hidupnya. "Kejutan, sayang."

Dahi Anindya mengerut, seolah tak paham dengan ucapan suami. Kejutan? Setahu ia tidak sedang ulang tahun.

"Kejutan? Kejutan apa sih?!" Beo Anindya.

"Nanti kamu tahu juga."
"Ih! Aku penasaran loh bang!" Desak Anindya.

Merasa tidak dijawab oleh suaminya, wanita itu mengembungkan pipinya, pertanda ia kesal.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang