Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.
Selamat membaca♡
°°°
Seharian wanita yang sedang mengandung itu sibuk merajut jaket buatannya untuk anaknya nanti. Sepertinya harus menunggu satu bulan lagi untuk melihat anaknya lahir ke dunia. Dua buah jaket rajut yang sudah ia selesaikan dalam beberapa minggu ini. Ini salah satu kegiatan disetiap harinya selama suaminya pergi keluar kota.
Ia memegang kedua buah jaket rajut dengan warna yang berbeda. Warna ungu dan biru. Ia membuat kedua-duanya, mengingat jenis kelamin anaknya yang belum ia ketahui. Karena pasutri itu tidak ingin mengetahuinya lebih dulu, biar jadi kejutan, pikirnya.
Setelah selesai melipat jaket rajut tadi, ia menyimpannya didalam lemari yang sudah terisi baju bayi. Oh iya, Anindya juga sudah membeli sebagian baju bayi. Memang tidak banyak. Setelah usia kandungannya sudah 7 bulan, mereka berdua memutuskan untuk membeli perlengkapan bayi. Suaminya memang menuntut membeli kebutuhan bayi yang banyak, mengingat jenis kelaminnya belum diketahui, jadi Anindya meminta untuk membeli sebagian dulu dengan warna yang netral. Seperti warna biru dan abu-abu. Untuk peralatan yang pokok sudah tentu ia beli. Wanita yang berusia 19 tahun itu tidak menyangka saat melihat barang-barang bayi yang terlihat menggemaskan dimatanya, baru pertama kali dirinya ketempat seperti ini. Mengingat dirinya anak tunggal dan sudah pasti tidak ada lagi selain dirinya.
Berhubung diapartemen ini hanya memiliki satu kamar, dan sisa kamarnya dipakai untuk menyimpan barang lain. Jadi, ia memutuskan untuk menaruh keperluan bayinya didalam kamar mereka berdua. Untungnya kamarnya itu luas hingga dapat menyimpan banyak barang.
Hari ini adalah hari yang spesial bagi suaminya. Bertepatan hari lahir suaminya yang ke 26 tahun. Niatnya ingin memberi kejutan dengan membuatkan kue bolu kukus kesukaan suaminya. Kalau untuk kue ulang tahunnya sudah ia beli tadi pagi diluar. Ia juga belum sempat mengucapkan kata 'selamat ulang tahun' pada suaminya, ia pikir nanti saja sekalian memberi kue ultah nanti. Rencananya sih ia ingin memberi kejutan dengan memberikan hadiah spesial untuk suaminya, meski tidak terlalu mahal, tapi setidaknya bisa dipakai dan tentu saja sangat berharga. Hadiah yang akan diberikan itu hanya baju kokoh, sarung beserta kopiah nya. Tentu saja ia memberikan hadiah seperti itu mempunyai harapan. Ia hanya ingin agar suaminya tidak melupakan ibadahnya yang wajib untuk dilaksanakan.
"Semoga abang senang dengan kejutanku, ya," monolog Anindya.
Ia membuang nafasnya pelan, lalu kembali sibuk untuk membuatkan kue bolu kukus. Warnanya begitu cantik setelah melihat kue itu kedalam kukusan. Wanita itu sibuk mengelus perutnya yang terasa mulas. Keringat didahinya pun tiba-tiba saja mengalir, ia juga tidak tahu kenapa seperti ini. Ruangan ini cukup dingin dengan memakai ac.
Kue yang baru saja matang itu ia tata rapi didalam piring cantik khusus kue. Ia menatap kue itu dengan riang, bahkan senyumnya itu tidak hilang dari wajahnya. Siapa pun yang melihatnya akan terpana dibuatnya.
"Haduh dek, bunda jadi ngiler lihat kuenya. Sabar ya... ini kuenya untuk ayah. Kita berikan nanti setelah ayah pulang sore, ya." Ucap Anindya sembari mengelus perutnya. Mencoba untuk bernegosiasi pada sang anak.
Saat membereskan peralatan masak tadi, ia merasakan diarea pahanya terdapat darah yang sedang mengalir. Tangannya yang sedang memegang sabun cuci piring pun menjadi licin saat merasakan sakit itu datang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
SpiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...