Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.
Selamat membaca♡
°°°
"Saya terima nikah dan kawinnya Anindya Cahyani binti Tito Giano dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"
"Bagaimana para saksi sah?"
"SAHHHH!"
Semua yang ada digedung pernikahan itu mengucapkan kata syukur karena terlaksana akad nikah siang ini. Ardhan dan Anindya sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
"Ayo, Nak. Sekarang salim sama suami kamu," perintah Wulan.
Anindya mengambil tangan kanan Ardhan lalu mencium punggung tangannya. Ardhan mencium kening wanita itu dengan perasaan senang.
"Sekarang kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Silahkan tanda tangan dibuku nikah dan dipasangkan cincinnya," setelah itu mereka memasangkan cincin pernikahan itu satu sama lain. Dan tak lupa menandatangani buku nikah mereka.
Setelah itu ada acara sungkeman sama kedua orang tuanya. Perlahan pasutri itu mengarah pada kedua orang tua Ardhan terlebih dahulu.
"Ayah, maafin Ardhan karena sudah melakukan hal yang salah sebelum menikah. Ayah pasti kecewa sama Ardhan, maaf. Ardhan tau ini hal yang memalukan, tapi Ardhan gak punya cara lain." Ardhan menunduk, Damar mengelus punggung anak keduanya. Ada perasaan haru saat mendengar ungkapan rasa bersalah dari sang anak.
"Semua sudah terjadi. Ayah memang kecewa sama kamu, tapi mau bagaimana lagi? Ayah pesan sama kamu tolong jaga putri kesayangan sahabat ayah. Ayah punya maksud untuk menjodohkan kamu sama Anin, dia gadis yang baik pasti bisa merubah sikapmu itu secara perlahan. Jadilah kepala keluarga dan pelindung bagi keluargamu, ya, Nak," pesan Damar secara tulus.
Ardhan mengangguk, "iya Ayah, pasti Ardhan ingat baik-baik pesan Ayah."
Anindya juga ikut mencium punggung Damar. "Anin, maafkan anak ayah ya yang sudah melakukan kesalahan sebelum menikah, Ayah yakin kamu bisa merubah sikap Ardhan secara perlahan-lahan. Kamu sudah ayah anggap putri ayah sendiri, jangan merasa takut ya, karena kamu tidak sendirian." Anindya mengucapkan kata syukur didalam hati karena bisa mendapatkan mertua yang super baik dan perhatian.
"Iya ayah, terima kasih. InsyaAllah Anin menerima takdir Anin yang seperti ini,"
Lalu beralih pada Bunda Rena.
Ardhan mencium punggung tangan sang Bunda. "Maafin Ardhan, Bunda. Ardhan tau bunda kecewa, tapi Ardhan gak tau harus melakukan apa selain melakukan itu," sesal Ardhan. Rena mengusap matanya yang menggenang air mata. "Sudah, Nak. Itu semua sudah terjadi, sekarang tugasmu sudah lebih berat. Kamu harus menjaga Anin baik-baik ya, bunda percayakan sama kamu. Jangan sakitin dia lagi." Pesannya pada Ardhan dari Rena."Untuk Anin, kamu anak yang baik. Kamu sungguh gadis pilihan yang selama ini bunda nantikan seperti Sherly, istri kak Kelvin. Tolong bersabar kalau sama Ardhan, tolong hentikan kebiasaan buruknya yang suka minuman keras kalau dia sedang butuh pelampiasan atau sedang mengalami kondisi buruk, kamu pasti bisa, Anin. Bunda tau kamu mampu merubah Ardhan menjadi lebih baik lagi, dan ingat ya, suatu saat Ardhan akan mencintaimu dan bahkan bisa tergila-gila padamu disaat hatinya sudah memilihmu." Rena berucap jujur, ia yakin suatu saat nanti pasti akan ada yang terjadi dan Anindya tidak perlu kaget lagi. Karena yang dilakukan gadis itu memang sudah benar untuk kebaikan Ardhan nantinya. Cinta itu akan mulai tumbuh dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
SpiritualeNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...