16 | Kesempatan

17.5K 932 15
                                    

Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca♡

°°°

Anindya menatap nyalang tatapan suaminya. Entah dari mana keberanian itu, yang jelas Anindya terus membantah ucapan suaminya. Selama ini yang dikenal Ardhan mungkin adalah penurut. Tapi untuk sekarang tidak, sudah cukup dia berdiam diri. Ardhan harus tau apa yang dia rasakan selama ini.

"IYA AKU EMANG UDAH GILA SEMENJAK KAMU MENGAMBIL KEHORMATANKU SEBELUM MENIKAH! KENAPA?! AKU DIAM BUKAN BERARTI BODOH, KAMU HARUS TAU APA YANG AKU RASAKAN SAAT MEMENDAM ITU SEMUA. JANGAN BERLAGAK BEGO DAN TIDAK PEDULI SETELAH APA YANG TERJADI. AKU GAK SUDI PUNYA ANAK DARI KAMU, AKU GAK MAU! AKU AKAN MENGGUGURKAN BAYI INI! TIDAK SEHARUSNYA DIA ADA, TERSERAH KAMU MAU MENCERAIKAN AKU ATAU TIDAK? TOH PERCUMA AJA JIKA DIJALANKAN, YANG ADA BUAT AKU SAKIT HATI. KAMU BISA MENIKAH LAGI DENGAN PEREMPUAN YANG LEBIH KAYA DAN PASTINYA YANG PANTAS UNTUK BERSAMAMU, GAK KAYAK AKU GADIS KAMPUNG DAN MISKIN. CERAIKAN AKU SAJA, BANG," lirih Anindya.

Dia tidak bisa menahan ini semua. Sebulan setengah dia menjalani rumah tangga yang rasanya begitu hambar. Kalaupun ada kehangatan, hanya dia yang memberi kehangatan, tidak dengan suaminya.

Sakit hati mendengar ucapan suaminya terhadap sahabat suaminya sendiri yang berterus terang ternyata sikapnya selama ini hanya bentuk rasa kasihan. Hei, Anindya pikir memang begitu sikap Ardhan, tapi perkiraan dia salah.

Ardhan bersujud dikaki gadis itu, namun sama Anindya ditolaknya. Dia terlalu sakit saat mendengarkan kenyataannya.

"Minggir!" Ardhan menolak.

"Saya mohon jangan bilang seperti itu. Saya tau saya salah, saya bodoh dan brengsek yang gak pantas kamu maafkan. Tapi tolong, jangan pernah menggugurkan anak itu, dia itu darah daging saya sendiri. Sebejat bejatnya saya, dia tetap anak saya. Hati saya sakit saat mendengar kamu bilang anak itu hadir karena kesalahan, iya saya tau saya bertindak konyol untuk semata mata agar kamu tidak meninggalkan saya. Saya memang pantas mendapatkan pukulan dari mertua saya waktu itu, bahkan itu tidak lebih dari cukup karena saya sudah mengambil kehormatan kamu dengan cara yang salah. Saya hanya ingin nikah sekali seumur hidup saya. Saya tidak mau adanya perceraian diantara kita berdua. Saya benar benar gak tau kalau waktu itu kamu datang kekantor saya, saya minta maaf sama ucapan saya yang kamu dengar dikantor. Demi Tuhan, saya tidak ada maksud lain selain membalas kebaikan kamu. Cuma rasa cinta itu belum ada bahkan tidak ada sama sekali untuk kamu, Anin. Saya tidak bisa jujur sama kamu, maka dari itu saya hanya bisa membalas kebaikan kamu," jujur Ardhan.

"Kenapa harus berbohong?! Sesakit ini ternyata,"

"Maaf,"

Anindya menahan sesak yang melanda. Ribuan jarum yang menusuk hatinya, dia tidak tau ternyata sesakit ini rasanya.

"Kita sampai disini aja ya, Bang? Anin capek kalau begini terus. Untuk masalah anak, aku gak akan melenyapkannya, cuma kita gak bisa serumah seperti ini lagi setelah kita resmi bercerai."

Ardhan menggeleng kuat, dia memegang kedua kaki istrinya. Matanya sedari tadi tidak berhenti untuk mengeluarkan air mata. Rasa takut itu kian dominan yang Ardhan rasakan saat ini. Dia seperti orang yang merasakan kekasihnya akan meninggalkan dirinya seorang diri, bukankah ini yang di inginkan oleh Ardhan? Lantas apa yang membuatnya sampai bersujud dibawah kaki istrinya seperti ini?

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang