Extra Part Destiny | 1

16.3K 677 0
                                    

Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.

Selamat membaca♡

°°°

Lima tahun kemudian

Disudut ruang kamar yang ditemani lampu temaram, kini sedang di huni oleh dua makhluk yang paling Ardhan sayangi.

Pukul dua belas malam, pria itu yang masih berpakaian kantor dengan dasi yang sudah ia lepas membuatnya tercekik saat berada di kantor beserta jas nya.

Duduk dipinggir ranjang membuat kasurnya sedikit bergoyang hingga salah satu orang yang sedang tidur ikut terbangun.

Sebelah tangan kanannya ia gunakan untuk mengucek matanya, memastikan bahwa yang ia lihat benar. Ternyata ada suaminya yang baru pulang dari kantor. Melihat jam dinding yang menunjukan pukul dua belas malam, ia menghela nafas. Sepertinya suaminya habis lembur.

"Astagfirullah, maaf ayah, bunda jadi ketiduran."

Sudah lima tahun menjalani bahtera rumah tangga bersama sang istri, tapi tidak ada yang berubah pada wanita tersebut. Umur Anindya sudah menginjak 23 tahun, seminggu lagi ulang tahun sang istri yang genap menjadi 24 tahun.

Sementara Ardhan sudah genap 31 tahun. Meski sudah menginjak kepala tiga, tapi ayah satu anak itu tetap tampan. Bahkan sekarang tubuhnya itu sudah banyak roti sobeknya. Sikap Ardhan juga tidak ada yang berubah, bahkan ia tambah over dalam menjaga keluarganya.

"Tidak apa. Karena ayah kamu jadi kebangun." Jawab Ardhan.

Pandangan Ardhan jatuh pada si kecil yang mulai aktif. Tingkahnya semakin menggemaskan, di usianya yang sekarang sudah 5 tahun membuat kedua orang tua itu harus ekstra menjaganya. Ada saja tingkahnya yang buat kedua orang tua itu dibuat geleng-geleng kepala.

Meski Arshad anak laki-laki, tapi cerewetnya ini turunan dari sang ayah. Arshad sangat protektif bila menyangkut bundanya. Sedikit saja Anindya diam, maka saat itu juga Arshad akan melapor pada ayahnya dan bilang bahwa bundanya sedang tidak sehat. Oh, ayolah, Anindya diam hanya sedang lelah saja bukan karena sakit. Mulai saat itu Anindya harus bersikap biasa saja agar anaknya tidak curiga terhadap dirinya yang akhir-akhir ini sering kelelahan.

Seperti dua hari yang lalu, Ardhan yang sedang dikantor mengerjakan berkas pun ia urungkan saat mendengar suara telfon. Nama yang terlihat adalah nama istrinya, dengan cepat ia menerima panggilan tersebut.

Flashback on

Bunda Anindya is calling...

"Halo sayang?" Ardhan lebih dulu yang memberi sapaan.

Dari seberang sana tidak ada yang menunjukan seseorang menjawab ucapannya. Membuat dahi Ardhan mengerut, ia memastikan bahwa yang sedang ia telfon adalah istrinya.

"Halo, sayang, kamu gak papa kan?"

"Ayahhhh.... bunda sakit! Cepat pulang!" Suara bocah berusia 5 tahun itu yang dapat Ardhan dengar. Suara cempreng nya itu membuat kuping Ardhan sakit.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang