6 | Kesalahan Ardhan

21K 1.3K 53
                                    

Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca♡

°°°

"Kau harus jadi milikku," gumam Ardhan.

Orang rumah menjadi panik saat tau Ardhan membawa Anindya ke kamarnya yang ada dilantai atas. Mereka berusaha menggedor pintu itu tapi tetap tidak bisa, hanya ada suara jeritan didalam kamar itu yang membuat mereka makin panik.

Ardhan mengunci pintu kamarnya dan membuang kuncinya sembarang arah. Lalu, Ia menutup semua jendela dan menguncinya. Anindya berusaha untuk melepaskannya dari Ardhan. Anindya merasakan takut yang luar biasa, bagaimana ini? Bersama laki-laki didalam kamar yang bukan muhrimnya membuatnya semakin takut, meski Ardhan adalah calon suaminya dan sudah ada ikatan lamaran tapi tetap saja membuatnya risih.

"Abang mau ngapain? Anin mau keluar dari sini, Anin gak mau disini sama Abang," tanya Anindya saat ia diletakkan diatas kasur.

Ardhan meminum vodka yang ada dimeja nakas. Semalam memang ia meminum vodka untuk meredakan stress yang saat ini ia rasakan. Lelaki itu menenggak habis satu botol vodka lalu menaruhnya secara asal. Kesadarannya kini sudah dibawa dengan minuman alkohol tadi.

Perlahan ia mengarah pada Anindya yang berusaha untuk kabur. Ia mencekal tangan gadis itu agar tidak pergi. "Sttt... tenang Abang ada disini,"

Diluar kamar sudah banyak yang meneriaki namanya dan nama gadis itu. Pasti semua orang panik, apalagi Ardhan adalah tipe orang peminum jika sedang berada disituasi yang membuatnya pusing untuk memikirkannya. Ini salah satu kebiasaan Ardhan jika sedang memiliki masalah, kedua orang tuanya itu sudah mengetahui kebiasaan anak itu, makanya yang buat Tito dan Wulan baru tau dan risau saat anaknya ada didalam bersama laki-laki.

"Ardhan, buka pintunya. Tolong jangan kamu sentuh anak saya, tolong buka pintunya." Tito berucap seperti itu dan terus merapalkan do'a didalam hatinya agar tidak terjadi apa-apa terhadap anaknya.

Seakan tuli dengan teriakan teriakan dari luar kamar. Ardhan membuka baju kemejanya yang terasa panas dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang terdapat banyak roti sobek. Anindya menggeleng cepat, ia berusaha untuk kabur dari tempat ini.

"Sttt... jangan nangis, air matamu terlalu berharga. Kita harus menikah, apapun nanti yang akan terjadi," aroma tubuh Ardhan begitu menyengat saat berdekatan dengannya.

Hiks

Hiks

Hiks

"Hiks... Anin mau keluar Abang, Anin takut disini." Anindya mulai menjauh, tapi dalam sekali hentakan Ardhan langsung membawa Anindya kedalam pangkuannya dan memegang pinggang gadis itu agar tidak bisa kabur.

"Kamu mau kemana? Abang ada disini, kita akan melakukan hal yang semestinya dilakukan setelah menikah. Gak papa, kita melakukannya sebelum menikah sehari ya," racaunya.

Anindya menggeleng kuat. Ini yang ia takutkan, ia pasti akan memberi hak itu tapi tidak sekarang. Nanti akan diberikan tapi setelah menikah, bukannya seperti ini melakukan hubungan yang salah sebelum menikah.

"Jangan... hiks.... Anin gak mau," Ardhan yang sudah setengah sadar pun hanya mengelus bahu Anindya. "Kamu harus mau, kalau ini memang harus dilakukan kenapa tidak? Tidak akan saya biarkan pernikahan ini batal, apapun yang sudah menjadi milik saya, maka saya harus mendapatkannya. Jadi, mari buat kesalahan yang nantinya tidak akan ada yang merasa dirugikan."

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang