12 | Main Kerumah Mertua

13.7K 1K 3
                                    

Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca♡

°°°

Sesampainya dirumah mertua. Pasangan suami istri itu mengetuk pintu kayu besar yang menjadi pintu masuk didalam rumah itu. "Assalamualaikum," ucap mereka berdua dengan bersamaan.

Tak lama suara pintu terbuka. Wanita paruh bayah yang tidak lagi muda, namun masih terlihat segar. "Waalaikumsalam, ini dia yang ditunggu datang juga," Rena yang sedang menggendong Ghea. Mereka berdua mencium punggung tangan Rena secara bergantian. Anindya terlihat antusias saat melihat bayi mungil yang baru berusia 4 bulan itu. Pakaian berwarna pink itu yang semakin menggemaskan bagi Anindya.

"Haduh lucunya kamu, Nak." Anindya mengelus pelan pipi gembul milik Ghea.

Rena terkekeh. Terlihat jelas sekali kalau menantunya itu sangat suka anak kecil. Sikap keibuannya itu sudah terlihat sangat jelas. "Kamu mau gendong?" Tawar Rena. Tidak ada salahnya dia menitipkan Ghea pada Anindya. Hitung-hitung ini sebagai awal percobaan sebelum punya anak sungguhan.

Ardhan hanya melirik kearah istrinya. Pandangannya memang tidak bisa bohong, dia melihat kalau Anindya sangat antusias.

Dengan antusias Anindya mengangguk. "Mauuuuu," Rena langsung memberikan Ghea kedalam gendongan Anindya. Nampaknya bayi mungil itu merasa nyaman berada didalam gendongan Anindya.

"Yasudah ayo masuk," mereka bertiga masuk kedalam rumah.

Damar yang sedang duduk disofa ruang tamu sambil membaca koran pun terkejut saat melihat tamu yang datang. "Apa kabar, Yah?" Ardhan mencium punggung tangan Ayah Damar, begitu juga dengan Anindya.

"Eh ada kalian, alhamdulillah baik. Kenapa kalian baru kesini?"

Anindya yang sedang menimang Ghea pun melirik kearah suami. Seakan bingung mau menjawab apa. "Baru sempat kesini. Ardhan sibuk,"

Damar menghela nafas. Dia sudah menduga. Anaknya itu akan beralasan sedemikian rupa. Pasti gak akan jauh jauh dari namanya pekerjaan. Sepertinya dia harus mengurangkan jadwal Ardhan dikantor agar tidak terlalu sibuk. Kasihan istrinya.

°°°

Mereka semua duduk diruang tamu sambil ngobrol. Ada rasa senang saat berkumpul bersama saat ini. "Kamu udah cocok jadi ibu, Nin," celetuk Rena.

Gadis itu menanggapinya dengan senyuman. Dia terlalu senang saat berada didekat anak kecil. "Do'a kan saja ya, Bun."

"Ada yang mau Ayah bicarakan, kita duduk diteras aja ya, Dhan." Ardhan mengekor dibelakang Ayah Damar.

Ardhan dan Damar sudah pindah duduknya didepan teras rumah. Katanya ada yang ingin dibicarakan berdua. Sekalian minum kopi bersama.

"Bunda boleh tanya sesuatu sama kamu?" Tanya Rena dengan hati-hati. Ruang tamu sebesar ini hanya dihuni oleh mereka berdua saja. Dia sebenarnya ingin tau bagaimana perkembangan anak dan menantunya setelah menikah. Dia berharap ada kabar baik untuk keluarganya.

Tentu saja mengangguk. "Boleh Bun, mau tanya apa?"

"Ardhan sudah meminta hak nya belum? Bunda tau Ardhan memang sudah mengambil kehormatan kamu sebelum menikah. Tapi... untuk yang setelah menikah apa dia sudah memintanya?" 

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang