Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.
Selamat membaca♡
°°°
Bayi mungil itu sudah pulang dijemput kedua orang tuanya. Ya, Kelvin dan Sherly tadi sempat mampir ke apartemennya untuk mengambil anaknya. Selama tiga hari Ghea ada bersamanya, ternyata ngurus anak itu gak mudah, ya. Harus ekstra sabar.
Dengan berat hati Anindya harus rela berpisah dengan anak itu yang begitu menggemaskan.
Seperti saat ini, Anindya sedang sendirian di apartemen, seperti biasanya. Dia kembali mengerjakan pekerjaannya untuk membersihkan apartemen dan mengurus dan melayani suaminya. Suasana begitu hening, tiba-tiba suara telfon Anindya berdering.
Dia memencet tombol warna hijau untuk menerima panggilan. Senyumnya mengembang saat siapa yang menelponnya.
"Assalamualaikum, ibu," sapa Anindya.
"Waalaikumsalam, Nak. Apa kabar kamu disana?"
Dia sedang ada dikamar, merebahkan tubuhnya. Sejak tiga hari yang lalu dirinya jatuh sakit. Gejalanya mual dan pusing. Suaminya itu terus mengajaknya kerumah sakit, tapi dia enggan kesana. Maka dari itu dia harus istirahat total agar tidak sakit lagi. Mualnya sih masih, sejak pagi buta dia berhasil membangunkan suaminya yang sedang tertidur karena mendengar muntahannya.
"Alhamdulillah baik ibu, ayah sama ibu baik baik aja disana kan?"
"Alhamdulillah baik juga. Ardhan kerja ya, Nak?"
Meski tidak tau saat ini Anindya mengangguk, dia tetap menjawab pertanyaan sang ibu. "Iya, Bu. Bang Ardhan lagi kerja paling nanti malem pulang. Ada yang mau ibu sampaikan sama Bang Ardhan?"
"Nggak, ibu kangen sama kamu. Bapak lagi kerja. Ibu dirumah sendiri jadi kepikiran tentang kamu,"
Anindya jadi ikut rindu kalau begini. Mengingat jarak yang begitu jauh dan ditambah lagi suaminya mana mau kerumahnya yang ada dikampung.
"Anin juga kangen sama ibu, anin mau makan masakan ibu, terus anin mau jajan makanan kue----huek---huek-," Anindya menutup mulutnya dengan membekapnya. Mualnya kembali lagi, padahal dia sudah pakai minyak aroma terapi agar tidak mual dan bisa menghisap aroma yang menyegarkan dari aromaterapi tersebut.
Dari seberang sana Wulan terlihat panik dan kaget saat mendengar suara muntahan sang anak. "Nak kamu kenapa? Lagi kurang sehat toh?"
"Iya bu, Anin lagi kurang sehat dari tiga hari yang lalu."
Wulan merasa kalau anaknya ini bukan sekedar masuk angin biasa. Dia mengingat kalau putrinya itu kan sudah jadi seorang istri. Senyumnya itu terbit saat berpikiran mungkin anaknya itu .... hamil?
"Nak kamu udah dapet tamu bulananmu belum?"
Anindya mencoba mengingatnya. Seharusnya seminggu yang lalu dia mendapat tamu bulanannya. Tapi sekarang kenapa dia belum juga mendapat tamu bulanannya.
"Belum bu, Anin telat seminggu,"
Wulan tersenyum bahagia. Dirinya sedang merasa senang, benarkah firasat dia kalau anaknya sedang mengandung?
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
EspiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...