40 | Arshad Ardhin Sanjaya

18.6K 734 4
                                    

Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.

Selamat membaca♡

°°°

Rumah megah nan mewah milik Ardhan dan Anindya telah di huni dengan banyak orang. Saat ini keluarga Ardhan tengah mengadakan aqiqah anak pertamanya.

Setelah dicukur rambutnya lalu diberi nama untuk bayi laki-laki yang sedang dipelukan sang bunda.

Ardhan telah mengumumkan nama anak pertama yaitu Arshad Ardhin Sanjaya. Arshad artinya dibimbing dengan benar. Ardhin yang merupakan singkatan nama mereka berdua, Ardhan dan Anindya. Sanjaya adalah nama keluarga besar dari Ardhan. Jadi artinya dibimbing dengan benar oleh Ardhan dan Anindya yang berasal dari keluarga Sanjaya.

"Haduh... haduh... gantengnya anak ini," puji salah satu ibu-ibu pengajian yang hadir di aqiqahan Arshad.

Mereka yang kini berstatus sebagai orang tua baru ikut tersenyum haru. Jika di ingat kembali, Anaknya itu hadir bukan dari suatu kesalahan, melainkan suatu anugerah yang Tuhan titipkan pada mereka berdua agar di jaga dan di lindungi.

"Terima kasih, Nek." Bukan Arshad yang menjawab, melainkan Anindya. Ia hanya memandang wajah wanita paruh baya yang umurnya tidak jauh dari ibu dan mertuanya.

Elusan dipipi gembul milik Arshad dari wanita paruh baya itu membuatnya gemas sendiri. Gelak tawa yang berasal di suara ibu-ibu pengajian menghiasi ruang tamu tersebut. "Jadi anak yang sholeh ya, Arshad."

"Aamiin." Jawab mereka semua dengan kompak.

Sementara Ardhan masih setia mendampingi sang istri yang sedang menggendong sang anak. Acara aqiqah nya sudah dilaksanakan dari siang, hingga sekarang sudah selesai tepat di pukul 4 sore.

"Kalau begitu kami pamit ya, Nak. Semoga keluarga kalian diberi kebahagiaan dan untuk anak kalian semoga jadi anak yang sholeh." Do'a ibu-ibu yang hadir disana.

"Aamiin. Terima kasih ibu-ibu untuk do'a nya." Anindya berucap dengan tulus. Sedangkan Ardhan hanya menjawab dengan senyum tipis, sangat tipis. Bahkan tidak terlihat sekali. Ayah muda itu tidak rela membagi senyumnya pada orang lain, hanya istrinya yang berhak.

Setelah itu mereka semua pada pamit. Sore hari dengan cuaca yang masih cerah pun membuat pasutri tersebut mengucapkan rasa syukur. Sebelumnya cuaca memang sudah mulai mendung, tapi tak lama kembali menerang.

Ardhan menyuruh istrinya untuk duduk disalah satu kursi kayu panjang yang ada didekat ruang tamu. Dirinya duduk dibawah istrinya membuat Anindya enggan untuk duduk lalu kembali bangkit untuk berdiri. "Jangan dibawah, aku merasa gak sopan. Masa suami di bawah, sedangkan aku di atas."

Semburat senyum yang manis Ardhan berikan untuk istri tercinta. Mulai perhatian kecil seperti ini yang membuat Ardhan tambah cinta. Jadi, jangan salahkan suami kalau mencintai istrinya yang begitu perhatian. "Tidak apa. Abang lagi mau duduk dibawah saja," Bantah Ardhan.

Kali ini suasana rumah baru milik pasutri itu terasa berbeda, maksudnya jauh dari kata sepi. Apalagi saat ini rumahnya kedatangan tamu spesial dari orang tua ayah Damar. Lama tak jumpa dengan nenek-kakeknya Ardhan membuat mereka akhirnya memutuskan untuk menemui cicitnya baru lahir ke Jakarta.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang