32 | Berpisah Sementara

12.9K 666 1
                                    

Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.

Selamat membaca♡

°°°

Ardhan baru saja mengantarkan kedua mertuanya ke terminal. Tadi sempat ia yang ingin mengantarnya sampai rumah, namun ia mendapat tolakan dari mereka berdua. Dengan berat hati, ia harus menurutinya.

Selesai dari terminal, Ardhan menuju kantor. Sebenarnya hanya menanda tangani berkas kantor saja, tidak perlu kekantor juga tidak apa. Hanya saja berhubung sedang berada diluar, jadi sekalian saja dan menuntaskannya hingga selesai.

Pria itu nampak gagah dan tampan dengan memakai setelan baju kemeja berwarna navy dibalut jas berwarna hitam dengan dasinya juga yang dipasangkan oleh istri tercinta.

Drttt... drtt...

Tiba-tiba getaran dari ponsel Ardhan membuatnya mengambil dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata bundanya, lalu memencet ikon berwarna hijau.

"Assalamualaikum, Bun,"

"Waalaikumsalam, Nak. Kamu sudah antar mertua kamu?"

Meski pun Rena tidak tahu bahwa anaknya itu sedang mengangguk, namun Ardhan tetap melakukannya. "Sudah, Bun. Baru saja aku dari sana,"

"Kamu lagi dimana?"

"Ini lagi jalan kearah kantor," sembari melihat jalan yang terlihat lebih lancar dari biasanya. Matahari yang sedang bersinar itu sedikit menyinari wajah tampan calon bapak tersebut.

Terdengar suara helaan nafas yang membuat Ardhan mengernyit bingung. Salahkah ia pergi ke kantor?

"Kamu itu gimana sih? Istrimu lagi hamil besar loh, nanti kalau ada apa-apa gimana? Disana dia sendiri," omel Rena.

Pria itu menggaruk pipinya yang gatal. Kalau begini ia jadi serba salah.

"Aku cuma sebentar kekantor, buat tanda tangan saja kok," elak Ardhan. Biar ibunya juga tahu kalau ia juga punya alasan kekantor.

"Yasudah. Awas kalau terjadi apa-apa sama menantu bunda. Jagain baik-baik. Bunda tutup dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," Ardhan langsung menaruh asal ponselnya, lalu lanjut mengendarai mobilnya kearah kantor.

Sesampainya didalam kantor, pria berusia 25 tahun itu memasuki lift untuk sampai keruangannya yang berada dilantai 20.

Dikantor Sanjaya Company terdapat 2 lift yang berbeda. Satu untuk karyawan, dan satunya lagi dibuat khusus untuk pemilik perusahaan.

"Siang, Pak," sapa Zio. Selaku sekretaris dan sahabat bila diluar kantor.

"Hm," jawabnya dengan datar.

Sudah biasa Zio mendapat jawaban seperti itu. Jadi, ia tidak akan heran. Hanya saja sedikit gemas dengan boss yang merangkap sahabatnya itu. Mengingat umurnya yang tidak beda jauh dengan atasannya. Selisih dua bulan. Ck, untung gak sama tanggal lahirnya, pikir Zio.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang