17 | Mabuk

16.1K 933 3
                                    

Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca♡

°°°

Kabar kehamilan Anindya membuat kedua keluarga itu senang sekali. Sebentar lagi akan ada tangisan seorang bayi dan mereka sangat antusias menunggu sang cucu lahir.

Seperti saat ini, Rena sedang main keapartemen pasutri itu. Semenjak hamil, Anindya tidak diperbolehkan untuk bekerja terlalu berat. Suaminya itu melarang dengan tegas untuk mengingatkan agar istrinya itu tidak perlu bersih bersih apartemen. Bahkan suaminya mengusulkan untuk memanggil tukang pembersih dari salah satu aplikasi online yang kini tersedia.

Namun, Anindya tidak menyetujuinya. Menurutnya ini terlalu berlebihan. Dia kan hanya sedang hamil, bukan sakit. Jadi untuk menghandle pekerjaan rumah, masih bisa dia kerjakan.

"Haduh sayang, kenapa masak?" Tanya Rena dengan panik lalu menghampiri menantunya didapur.

Anindya terkekeh. Ia masih ingin melakukan kegiatan yang sedang ia lakukan. Mertuanya yang melihat dirinya sedang buat kue aja langsung histeris gitu. Ck, ini pasti ulah suaminya yang menyuruh Bundanya untuk memantaunya. Suami yang overprotektif.

"Anin iseng aja, Bun. Cobain bun ini kue buatan aku, semoga suka."

Sepiring bolu panggang sudah tersaji diatas meja. Terlihat begitu bagus dan menggiurkan. Begitu disayangkan jika hanya di diamkan saja. Rena menatap takjub kue buatan menantunya. Anindya memang menantu paling pintar memasak.

"Bunda coba ya,"

Potongan pertama sudah ada ditangan Rena. Sembari mengunyah dia memejamkan matanya, dan rasanya itu begitu nikmat.

"Yaampun... ini nikmat sekali, sayang," pekiknya dengan senang.

Anindya menghela nafas lega. Ini pertama kalinya dirinya mencoba untuk buat kue bolu selain bolu kukus. Kemarin saat nonton Tv ada salah satu kue yang buat dirinya ngiler sendiri. Akhirnya, dia buat sendiri untuk lebih menghemat. Memang sih, Anindya tidak bilang jujur pada suaminya kalau dirinya sedang ingin makan bolu panggang, tapi dirinya malah tidak mengatakannya. Nanti yang ada bukan hanya satu kotak yang dibeli oleh suaminya, bahkan bisa lebih dan itu akan mubazir jika tidak dimakan.

"Alhamdulillah kalau bunda suka,"

"Tumben kamu buat kue, Nin. Lagi ngidam, ya?" Tebak Rena.

Senyum manisnya terlihat lagi diwajahnya. "Hehehe... aku lagi kepengen, Bun," Rena memang paham. Pasti hidup di Jakarta dan tinggal sendiri di apartemen saat suaminya bekerja membuat menantunya bosan. Namun, Anindya tidak pernah mengatakannya yang sebenarnya.

Rena mengusap bahu menantunya. Kasih sayangnya sama seperti anaknya. Meski hanya menantu, namun Rena sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Sama seperti Sherly--- istri Kelvin.

"Bunda sudah tegur anak bunda yang satu itu, omelin aja kalau emang dia salah! Maafkan bunda ya... kalau aja kamu gak nikah sama Ardhan.... kamu gak akan merasakan hidup seperti ini," sesal Rena. Memang Anindya menceritakan masalah kemarin kepada ibunya dan Bunda Rena. Anindya tidak bisa menyembunyikan masalah ini terhadap orang tuanya, maka dari itu ia hanya ingin minta solusi dari mereka.

Tiba tiba ucapan Bunda Rena membuat Anindya merasa sesak. Ia tau kesalahan suaminya, tapi, kan suaminya itu sudah berjanji. Anindya hanya ingin memberi kesempatan untuk Ardhan.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang