Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.
Selamat membaca♡
°°°
Selesai meeting, Ardhan melangkahkan kakinya menuju keruangannya paling atas. Ia butuh istirahat, selama berada dikantor, entah mengapa ia jadi kepikiran tentang istrinya. Mendengar nama Anindya, hatinya ikut berdebar.
Mungkinkah ia sudah mencintai Anindya?
Jemarinya ia ketuk ketuk sambil berpikir. Ada salah satu pemikiran yang membuatnya ingin melakukannya. Sebenarnya Ardhan berkeinginan untuk mengajak istrinya untuk pulang kerumah Anindya yang ada dikampung.
Mungkin menghabiskan waktu disana dapat membuat istrinya menjadi lebih senang. Hitung hitung menghabiskan rindu yang selama ini Anindya rasakan. Semenjak menikah, dirinya belum pernah mengajak Anindya keluar rumah. Kecuali kerumah Bunda Rena dan ke Mall buat beli baju saja.
Pintu kayu yang besar terbuka lebar dan menampilkan sosok pria yang membawa dokument penting dihadapan atasannya. Dia adalah Zio.
"Maaf ganggu, Dhan. Ini ada dokument yang harus ditanda tangani sekarang." Ujar Zio sambil menyerahkan dokument penting kearah Ardhan.
Pria itu menerimanya lalu membacanya sekilas setelah itu membubuhkan tanda tangan diatas kertas itu. Kemudian ia memberikannya kembali pada sekretarisnya.
"Habis ini ada pertemuan lagi, gak?" Tanya Ardhan.
"Nggak. Ada urusan ya, Dhan?"
Ardhan mengangguk. "Gue mau ajak istri kerumah orang tuanya. Biar dia senang, siapa tau dengan gue ajak pulang kerumahnya bisa buat dirinya tenang."
Zio selaku sahabatnya itu tidak menyangka. Temannya itu habis tertimpa apa? Sehingga bisa sebaik itu.
"Hayo... ngaku lo udah ada rasa sama Anin, kan?" Tebak Zio sambil tersenyum mengejek.
Dahi Ardhan mengerut lalu mengusapnya pelan. Ardhan mengangguk. "Iya mungkin. Gue gak bisa kehilangan dia, Yo."
Sudah Zio duga. Sahabatnya ini sudah jatuh cinta. Ada perasaan lega, akhirnya Ardhan selaku boss nya juga bisa menemukan titik terangnya dalam rumah tangganya.
"Udah gak ada pertemuan sih. Gue yang menghandle semua kalau lo emang gak bisa dateng. Udah sana lo ajak istri lo berlibur, siapa tau aja dia senang."
Zio benar. Ardhan harus meluangkan waktu untuk istrinya. Berlibur untuk sementara menurutnya tidak ada yang salah. Toh, perusahaan ini kan miliknya, jadi tidak perlu khawatir untuk mengambil libur.
"Tunggu apa lagi? Lo tenang aja, jadwal kedepannya bakal gue kosongin. Have fun sama istri lo, Dhan." Zio memberikan semangat pada Ardhan. Melihat perkembangan sahabatnya yang mulai membaik membuat Zio semakin senang, karena sedari dulu dirinya juga sudah berusaha untuk memberikan nasihat pada sahabatnya, namun berakhir sia sia.
"Oke gue pulang deh, thanks ya, Yo." Ardhan membereskan tas kantornya dan memakai kembali jas nya yang ia taruh dikursi kebesarannya.
°°°
Dalam perjalanan pulang, Anindya menginginkan sesuatu yang ia lihat di media sosial tadi siang. Air liurnya hampir saja menetas saat melihat seseorang melahap makanannya dengan lahap didalam ponsel tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
EspiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...