37 | Baby Boy

16.8K 761 4
                                    

Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.

Selamat membaca♡

°°°

"Ibu anin...." ucap Dokter Lina yang sempat menggantung.

Ardhan melangkah maju mendekati Dokter Lina. Terlihat sekali kalau pria itu sedang mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. "Istri saya baik-baik saja kan, Dok?!" Tanyanya dengan frustasi.

Tak lama Dokter Lina tersenyum. Ia mengangguk. "Alhamdulillah. Ibu Anin dan bayinya selamat. Mereka berdua berhasil bertahan. Selamat ya Pak, anaknya laki-laki. Dia tampan sekali, tidak ada yang kurang apapun. Tapi....." ucapan Dokter Lina kembali menggantung.

Ada rasa lega yang Ardhan rasakan saat ini. Do'anya terkabul dan tidak ada hentinya untuk mengucap kata syukur. Baru saja merasa bebannya sedikit hilang, kini kembali lagi dengan ucapan Dokter yang belum sempat tersampaikan.

"Tapi kenapa, Dok?" Desak Ardhan.

"Untuk anaknya saat ini harus di inkubator dulu. Mengingat kelahiran bayi yang belum saatnya membuat tubuhnya kecil dan berbeda dari bayi yang lain. Tapi jangan khawatir, anak bapak sehat dan setelah tubuhnya kuat, bayinya sudah boleh dibawa pulang. Untuk ibunya harus dirawat dulu karena masa pemulihan dan bekas jahitannya belum mengering. Ibunya akan kami pindahkan kerawat inap. Silahkan diazankan dulu pak anaknya, bapak bisa datang keruang inkubator." Ardhan mengangguk. Saat itu juga napas yang sempat tercekat kini bisa lega kembali. Ini kabar bahagia, sekaligus kabar buruk. Kabar bahagianya ia senang sekali bisa menjadi seorang ayah. Kabar buruknya yaitu anaknya belum bisa diajak pulang karena dalam masa perawatan diruang inkubator.

Kabar bahagia ini dapat dirasakan oleh kedua keluarga. Mereka mengucapkan kata syukur dan tak lupa senyum bangga terpancar diwajah mereka karena baru saja mendapat kehadiran anggota baru dikeluarga mereka.

"Mas, kita punya cucu, mas!" Seru Rena dengan gembira.

Begitu juga dengan Wulan. Wanita itu senang sekali karena dirinya sudah menjadi nenek. Ah ya.... cucu pertamanya itu ternyata laki-laki.

"Kita punya cucu laki-laki, Bu." Jelas Tito. Wulan mengangguk sembari memeluk tubuh suaminya. Wulan memang memimpikan ini sejak lama, setiap tetangga didekat rumahnya menantikan cucunya lahir, mereka selalu merasa bahagia. Dan sekarang Wulan bisa merasakan sama seperti tetangga didekat rumahnya.

Waktu terasa begitu cepat. Baru saja Wulan merasakan melahirkan seorang putri yang begitu cantik percis seperti dirinya, kini putrinya sudah resmi menjadi seorang ibu. Tanpa permisi cairan bening itu luruh begitu saja, buru-buru Wulan seka agar tidak dilihat oleh suaminya.

"Iya, Yah. Ibu gak sabar mau gendong cucu kita." Ucap Wulan.
"Ayah juga, bu. Dia pasti tampan." Jawab Tito.

Damar tersenyum. Ia berbahagia untuk saat ini karena cucunya telah lahir dan yang membuat dirinya bahagia itu karena cucunya .... laki-laki.

Ardhan yang melihat kedua keluarga itu ikut merasakan bahagia juga. Ia mengelap sudut matanya yang terdapat cairan bening. Semenjak ditinggal oleh istrinya selama lahiran, pria ini menjadi cengeng.

°°°

"Aku keruang inkubator dulu ya," pamit Ardhan. Mereka menyetujuinya.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang