33 | Kabar Buruk Bagi Calon Ayah

12.5K 702 14
                                    

Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.

Selamat membaca♡

°°°

ARDHAN POV

Aku baru saja menyelesaikan tugasku dan memilih pulang dari kantor yang ada di Bali. Masalah kantor saat ini sudah berhasil kutangani sedikit demi sedikit, semenjak tiga hari yang lalu perkara trouble dikantor sudah selesai.

Mengingat istri yang sedang aku tinggal membuatku menjadi rindu. Biasanya malam-malam seperti ini aku suka mengelus perut istriku, kadang aku ajak bicara juga bayi yang ada didalam perut istriku.

Saat aku ingin mengambil baju ganti didalam koper, tiba-tiba ada amplop putih yang tidak aku tahu apa isinya. Lalu kubuka dan menemukan foto hasil Usg istriku.

Hatiku berdebar sangat kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hatiku berdebar sangat kuat. Aku sering kali absen untuk menemani sang istri. Jarang melihat sang jabang bayi, kini rasa penyesalan menyeruak kedalam benakku.

"Maafkan ayah, Nak. Ayah tidak bisa melihat kamu setiap chek up." Ucap aku dengan jujur.

Tanpa terasa aku menitihkan air mata. Untung Anindya tidak ada disampingku saat ini, kalau ada sudah pasti aku dibilang cengeng.

Selama tiga hari aku jarang membuka ponsel, karena kerjaan yang terlalu banyak membuatku jarang memberi kabar pada istriku.

Kulihat jam yang ada didalam ponsel yang sudah menunjukan pukul delapan malam. Apakah istriku sudah tidur?

Apakah istriku sudah meminum vitamin, dan susu hamilnya?

Akhirnya aku memutuskan untuk membuka aplikasi yang berwarna hijau untuk video call bersama Anindya.

Tak lama aku bisa melihat wajahnya yang terpampang jelas didalam layar ponsel. Tapi, tunggu dulu, kenapa wajah Anindya pucat sekali?

"Assalamualaikum," ucapku dengan senyum merekah.

"Waalaikumsalam,"

Aku bisa melihatnya kalau istriku yang sedang berbaring dikasur. Ada salah satu alat yang mengganggu penglihatanku, disebelah bantal istriku terdapat alat bantu pernapasan seperti inhaler.

"Dek, kamu baik-baik saja, kan?" Tanyaku dengan wajah yang mulai khawatir. Entah kenapa perasaanku tidak enak, merasa akan ada terjadi sesuatu yang tidak ingin aku rasakan.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang