Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.
Selamat membaca♡
°°°
Derap suara orang melangkah terdengar dari penjuru ruangan. Lelaki yang baru saja sampai rumah dengan penampilan kurang baik, baju yang sudah dikeluarkan dan jas yang sudah disampirkan dengan tas kerja yang ditenteng dengan malas.
Pandangannya tertuju pada kedua orang tua mereka yang sedang duduk diruang tamu. Ada ayah dan bundanya, ia menghampirinya lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian. "Kenapa pulangnya malam, Nak?" Tanya Rena.
"Tadi ada sedikit urusan diluar, Bun, kok tumben ayah sama bunda nunggu Ardhan pulang?"
Damar menyesap kopinya yang sudah dingin, sebelum menjawab pertanyaan anaknya itu. "Ayah sama bunda udah sepakat kalau kita akan melanjutkan perjodohan kamu dengan Anindya anaknya om Tito,"
"Keputusan ayah sudah bulat kalau kamu akan kami jodohkan dengan anaknya om Tito ketika Anindya sudah lulus SMA nanti. Ingat, kamu jangan pernah macam-macam bersama perempuan disana, ayah tidak akan segan-segan mengusir kamu dari rumah ini kalau memang kamu melanggarnya."
Ardhan terkejut saat mendengar ucapan ayahnya. Bagaimana ia bisa lupa dengan ucapan ayahnya sewaktu dulu.
"Kenapa harus sama dia sih, Yah? Umur Ardhan masih 25 tahun, masih harus bersenang-senang diluar sana. Lagian kenapa harus sama Anindya juga sih? Dia kampungan tau gak sih, Ardhan gak suka!" Sarkas Ardhan.
Rena menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban sang anak. "Umur 25 tahun sudah saatnya untuk membina rumah tangga, apa yang kamu cari lagi selama ini? Pekerjaan sudah ada, apartemen sudah ada, usaha sampingan juga ada, apa lagi yang buat kamu mengundur pernikahan ini, Nak? Ardhan, kamu gak boleh ngomong gitu sama Anindya. Dia gadis yang baik, coba kamu temui dulu dia disana. Kami berdua sudah mendapat kabar baik dari kedua orang tua Anindya kalau saat ini Anindya sudah lulus SMA," ucap Rena dengan lembut.
"Ayah sama om Tito pernah berjanji sewaktu dulu kalau anak kami sudah besar nanti akan kami jodohkan. Dan ayah yakin kalau kamu bisa menjaga anak kesayangan om Tito dengan sepenuh hati." Ujar Damar dengan serius.
"Tapi.... Ardhan gak cinta sama Anindya, Bun, Yah," Ardhan memelas.
"Suka tidak suka kamu harus menerimanya, Ardhan! Besok kita kerumahnya om Tito bersama-sama dengan membawa lamaran pernikahan." Cetus Damar tanpa penolakan.
Ingin rasanya berteriak saat ini juga, tapi rasanya itu seakan sia-sia bila dilakukan. Bayangkan, didepannya saat ini tuh kedua orang tuanya. Mana mungkin ia bisa melawan ucapan kedua orang tuanya. Ini salah satu pilihan yang sulit yang harus ia telan.
"Bunda minta sama kamu untuk menerima perjodohan ini. Besok kita temui Anindya ya, sayang. Anindya adalah gadis yang baik, dia pasti bisa menjadi istri yang baik. Jangan pernah melihat dia dari mana, tapi lihat kebaikan hatinya yang tidak bisa kamu dapatkan dimanapun."
Ardhan tersentuh, lalu ia memeluk sang Bunda dengan penuh sayang. "I-iya Ardhan akan menerima perjodohan ini. Sekarang bunda dan ayah senang kan?"
Damar dan Rena tersenyum bangga, tidak sia-sia ia berbicara panjang lebar pada putranya agar mau menyetujui permintaannya. "Besok Kelvin tidak bisa menemani kita kesana, karena dia sama istrinya lagi jenguk mertuanya di Surabaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
SpiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...