Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.
Selamat membaca♡
°°°
Bunyi alarm yang bergetar di meja nakas membuat Anindya membuka matanya. Jam menunjukan pukul 04.37 pagi. Dirinya harus shalat subuh. Tapi saat ingin bangkit, dia merasakan berat dibagian perutnya.
Ada tangan yang melingkar di bagian perutnya. Dan terdengar suara dengkuran halus. Anindya menolah dan ternyata pemilik tangan yang melingkar diperutnya itu suaminya sendiri.
Dia bingung mau membangunkan suaminya atau tidak untuk mengajaknya shalat berjamaah, tapi kalau suaminya itu tidak mau berjamaah, yasudah tidak apa-apa. Dengan tekat yang bulat, akhirnya dia memilih untuk membangunkan Ardhan. "Bang.... bangun. Shalat subuh dulu," merasa ada yang mengguncang bahunya Ardhan langsung membuka matanya dan menguceknya perlahan.
"Kita jamaah aja," ucap Ardhan yang sudah masuk ke kamar mandi.
Anindya sudah mengambil wudhu dan sudah siap dengan mukena nya. Ardhan sedang memakai baju koko dan sarung yang sudah disiapkan Anindya tadi.
"Allahuakbar,"
Selesai mengucap salam, Ardhan membalikan tubuhnya dan Anindya mencium punggung tangan suaminya. Lalu berdoa sebentar dan setelah itu Anindya merapikan peralatan shalatnya.
Ardhan menuju kasur lagi. Matanya masih mengantuk. "Abang tidur aja, Anin mau masak udah pagi." Dia hanya mengangguk saja. Matanya masih ingin terpejam.
°°°
Anindya menuju kedapur untuk memasakan sesuatu dipagi hari. Nasi goreng adalah menu makanan yang tepat dipagi hari. Nasi goreng spesial seafood kayaknya enak, Anindya akan membuatnya. Setelah memasak untuk sarapan, dia memilih untuk memasak menu lain untuk dibawakan bekal Ardhan ke kantor.
"Semoga Abang suka masakan Anin," gumamnya.
Selesai memasak, Anindya memilih untuk membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel, membersihkan debu. Keringat yang mulai ada disekitar dahi dan pelipis pun ia seka dengan tissue.
Apartemen ini begitu luas. Meski hanya ada satu kamar tidur, dapur, ruang tamu pun sudah cukup menguras tenaga dalam membersihkan ruangan. Setelah selesai semua, Anindya memilih untuk mandi karena badannya sudah terasa lengket.
Suara gemercik air dari dalam kamar mandi membuat Ardhan membuka matanya. Ia melihat sinar matahari yang sudah mulai muncul dibalik gorden. Melihat sisi kasurnya yang kosong membuat dia tersadar kalau istrinya sudah bangun.
Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan istrinya yang habis mandi. Dia terlihat memakai baju dress selutut berwarna peach membuatnya semakin cantik. Anindya pun sempat kaget saat tau Ardhan sudah bangun duluan, niatnya sih mau dibangunkan setelah dia mandi. Tapi, karena sudah bangun ya sudah tinggal ajak sarapan aja.
"Baru mau aku bangunin," katanya.
Ardhan mengucek matanya. Nyawanya masih belum kumpul. Telah lama berdiam, akhirnya Ardhan bangkit ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Kebiasaan dirinya kalau di pagi hari itu harus sarapan.
"Anin udah buat sarapan, Abang mau makan?"
"Iya," mereka berdua ke meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
EspiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...