11 | Sayang Suami

16.3K 1K 0
                                    

Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca♡

°°°

Pagi hari suara burung berkicau terdengar jelas membuat sang empu terbangun. Dia merasa sulit bergerak saat tau ada yang memeluknya dari belakang. Terdengar jelas dengkuran halus dari belakangnya yang menandakan bahwa dia masih ada dialam mimpi.

Pipinya bersemu merah bila diingat kejadian semalam. Walaupun bukan yang pertama kalinya, lebih tepatnya ini yang kedua kali mereka melakukan itu. Tiba-tiba dia reflek memegang perutnya sendiri sambil mengelusnya pelan. Dia juga bingung kenapa tiba-tiba ingin mengelus perutnya sendiri.

"Cepat tumbuh ya, Nak. Biar Bunda gak sendirian lagi," Anindya ngobrol sendiri dengan perutnya seolah olah didalamnya itu terdapat buah hatinya bersama Ardhan.

Suara Anindya mengganggu Ardhan yang sedang tertidur. Dia mendengarnya meskipun matanya masih enggan terbuka. Ternyata bukan dirinya saja yang menunggu kehadiran buah hati, tapi istrinya juga.

Tangan Ardhan ikut mengelusnya. Meski sedikit risih, tapi Anindya membiarkannya. Sempat terkejut melihat suaminya yang ternyata sudah bangun. Itu artinya dia mendengar semua yang dia omongin tadi dong?

"Eh... Abang udah bangun," tanya Anindya sedikit kikuk.

Ardhan mengelus perut sang istri. "Semoga kamu cepat hadir." Meskipun terlalu singkat, namun sangat berarti bagi Anindya. Suaminya yang terlihat dingin dan cuek ternyata bisa sepeduli ini.

Benarkah kalau seorang anak hadir didalam hidup mereka berdua bisa merubah kebiasaan mereka dan menjadi keluarga bahagia yang pada umumnya?

Mungkin saja bisa. Dengan begitu Ardhan dapat memiliki perasaan terhadap Anindya yang mengandung anaknya. Kehidupan besok tidak akan ada yang tau, mereka hanya bisa berusaha dan berharap.

Selimut tebal masih menutupi tubuh polos mereka berdua. Ardhan yang sudah bangkit dan memakai celana pendeknya tanpa atasan. Anindya masih memegang erat selimutnya. Selesai dari kamar mandi, Ardhan melirik kearah Anindya yang merasakan kesakitan saat berdiri.

Dia berjongkok, melihat jelas wajah cantik istrinya. Mengingat perbuatan mereka semalam itu buat dia ingin merasakannya lagi. Eh--- sadar Ardhan!

"Abang!" Anindya terpekik kaget saat Ardhan menggendongnya dan membawanya kedalam kamar mandi. Dia menurunkan Anindya diatas closet duduk. Sebelum pergi dia menatapnya sebentar. "Mau saya bantu untuk dimandikan?" Tawar Ardhan.

Dengan cepat Anindya menggeleng. Dia rasa itu tidak perlu, lagi pula dia masih punya rasa malu. "Gak usah, aku bisa sendiri," tolaknya.

"Nanti panggil saya kalau udah mandi," Anindya mengangguk. "Iya,"

Gadis cantik itu memilih untuk berendam sebentar untuk merileks kan tubuhnya. Membutuhkan waktu lima belas menit untuk mandi, dia sudah memakai baju daster bermotif batik. Anindya memang suka memakai baju daster kalau sedang didalam rumah, selain bahannya adem dan nyaman dipakai.

°°°

"Abang..." panggil Anindya dari dalam kamar mandi.

Ardhan yang sedang main game online diponselnya pun pause dulu. Dia membuka kenop pintu kamar mandi dan mengangkat tubuh mungil itu yang terasa ringan baginya.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang