Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.
Selamat membaca♡
°°°
Saat ini kedua pasangan itu sedang berdiri untuk memberikan santunan anak yatim. Mereka semua pada berbaris rapi untuk menunggu giliran, namun pergerakan wanita itu terhenti saat mendengar suara kecil yang masih ia dengar.
Anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu mendongak melihat wajah cantik milik Anindya. "Tante," panggil anak kecil tersebut.
Mendengar namanya dipanggil, akhirnya Anindya sedikit membungkuk kan badannya agar bisa melihat anak itu. "Ya, sayang?"
"Boleh aku pegang perut tante?" Tanyanya dengan pelan.
Semburat senyum yang Anindya tampilkan. Berbeda dengan Ardhan yang sedang melihat kedua orang itu berbicara dengan tatapan yang sulit diartikan. "Boleh dong," lalu Anindya mengarahkan tangan kecil milik anak itu keatas perutnya.
"Wah... dedeknya nendang, Tante. Semoga sehat ya tante dedek bayinya." Ucap anak laki-laki itu dengan tulus.
"Aamiin," ucap pasutri itu dengan kompak.
Terulur begitu saja tangan Anindya saat menyentuh surai kepala milik anak itu. "Terima kasih ya do'a nya."
Dengan semangat anak itu mengangguk. "Sama-sama, Tante." Setelah itu anak itu benar-benar pergi setelah mendapatkan amplop yang diberikan oleh Ardhan.
Kini selesai sudah acara syukuran 7 bulanan kandungan Anindya. Acaranya sudah dilakukan sejak tadi pagi, kini menunjukan pukul satu siang.
Acara syukuran 7 bulanan Anindya dilaksanakan dirumah orang tua Ardhan. Mengingat rumah kedua orang tuanya yang lebih besar dan juga kedua orang tuanya yang mengusulkan bahwa acaranya dilakukan dikediamannya saja. Orang tua Anindya juga ikut datang, dengan senang Anindya melihat kedua orang tuanya yang ikut serta.
Ardhan melihat istrinya yang terlihat kelelahan. Wajahnya yang hanya dipoles sedikit dengan riasan membuatnya semakin menawan. Ia tidak habis pikir, kenapa istrinya bisa lebih cantik begini.
"Dek, mau abang antar kekamar?" Tawar Ardhan.
Sebenarnya wanita itu sedang merasakan nyeri dibagian pinggangnya. Semenjak mengandung, berat badan wanita itu bertambah. Apalagi suaminya yang bersikap over membuatnya harus patuh untuk mengikuti semua perintahnya.
"Boleh," akhirnya Anindya menerima ajakan suaminya.
Anindya kira suaminya itu akan menuntunnya kelantai atas. Namun, itu hanya perkiraannya saja. Ternyata Ardhan memilih untuk menggendongnya ala bridal style yang membuat dirinya terlonjak kaget.
"Astagfirullah, kaget, Bang," pekik Anindya.
Pria itu hanya terkekeh. Sudah biasa mendengar suara istrinya yang luar biasa. Untung tidak buat sakit telinga, pikirnya.
"Kamu jangan banyak melamun," tegur Ardhan.
Mereka sudah sampai dikamar. Saat Ardhan ingin beranjak kearah kamar mandi, tiba-tiba netranya menangkap istrinya yang sedang mengelus pinggangnya. Sesekali ada ringisan yang keluar dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [COMPLETED]
SpiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Sekuat apapun menjauh, kalau memang sudah takdir maka akan bertemu kembali. Katanya, ucapan seseorang yang sedang mabuk adalah jawaban terjujur. Begitu juga yang dialami oleh Ardha...