4 | Pulang ke Jakarta

15.2K 1.2K 6
                                    

Sebelum baca, tinggalkan jejak kalian dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca♡

°°°

Didalam perjalanan menuju Jakarta, kini hanya ada sepasang kekasih yang sedang didalam mobil. Seharusnya mereka pulang bersama orang tuanya, tapi kini kedua keluarga itu malah menyuruhnya untuk naik mobil berdua supaya bisa semakin mengenal katanya.

Memang masih pukul 7 malam. Didalam mobil tidak ada yang berani berbicara, Ardhan juga sedang tidak ingin mendengarkan lagu.

Terdengar suara perut keroncongan membuat lelaki itu menoleh kearah Anindya yang duduk tepat disampingnya. Gadis itu hanya memegang perutnya yang terasa lapar tanpa berani bilang sama Ardhan.

Ardhan melihat kearah jalan untuk mencari rumah makan, setidaknya gadis yang sedang bersamanya jangan sampai terjadi apa-apa.

"Kamu laper?" Ardhan masih ada diposisi yang sama.

Pergerakan mengelus perutnya terhenti saat Ardhan bertanya. Anindya meringis, kenapa bisa ketahuan laper seperti ini?

"I-iya, abang laper juga?" Tanya balik Anindya.

"Kita cari resto didekat sini, masih kuat buat tahan laper, kan?" Ardhan mengalihkan pembicaraan. Ia tidak boleh terlalu perhatian sama gadis itu. Nanti yang ada gadis itu terlalu berharap padanya.

Anindya mengangguk. "Aku tadi sempat bawa kue kesukaan abang loh," gadis itu membuka tas slempangnya dan mengeluarkan 2 kue bolu kukus. Lalu ia memberikannya kearah Ardhan.

"Abang gak mau, ya?" Tanyanya dengan hati-hati. Ardhan menoleh, "kamu gak lihat saya lagi nyetir?"

Lagi dan lagi Anindya harus bersabar. Ia tidak boleh marah ataupun tersinggung dengan ucapan Ardhan. Memang ini salahnya, kenapa juga tidak melihat situasi.

"Suapin," ujarnya.

Sempat terperangah mendengar ucapan Ardhan. "Abang mau aku suapin?"

"Hm," jawabnya.

Saat itu juga Anindya langsung menyuapi Ardhan untuk makan kue bolu kukus, setelah selesai kue yang punya Ardhan, kini giliran Anindya yang makan kue bolu kukus miliknya. "Makasih," ucap Ardhan.

"Iya, Abang," jawab Anindya.

Mobil Pajero Sport warna hitam berhenti dirumah makan yang terlihat masih sangat ramai, mereka sudah sampai di Jakarta. Tidak ada salahnya ia mengajak gadis itu untuk mengisi perutnya yang keroncongan. "Ayo, turun,"

Mereka berdua turun dan masuk kedalam resto tersebut. Duduk berhadapan membuat mereka saling canggung. "Mau pesan apa, pak, bu?" Tanya pramusaji itu dengan ramah.

Sibuk memilih menu membuat Anindya menjadi bingung, harga makanan itu buat dirinya menelan ludah sendiri. Ini hanya makanan, kenapa bisa semahal ini? Dia juga bisa masak, bahkan harganya bisa lebih hemat.

"Kamu mau pesan apa?" Ardhan melihat gadis itu yang hanya membolak-balikan buku menu saja.

"Aku masak dirumah aja deh, Bang,"

Alis Ardhan terangkat satu, ia bingung menghadapi sikap gadis itu. Tadi dia bilang laper, sekarang malah minta untuk masak dirumah saja. Mau apa sih gadis ini?

"Tadi kamu laper, kan?"

"Iya, aku emang laper. Tapi, ngeliat harga makanan dibuku menu mahal mahal semua, es teh manis aja mahal. Aku mau masak aja dirumah, Bang," astaga, Ardhan baru paham. Mengapa juga ia harus menanyakan pada Anindya mau makan apa. Seharusnya ia memilih sendiri, supaya tidak seribet ini.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang