38 | Anindya Sadar

16.1K 792 2
                                    

Hargai penulisnya dengan memberi vote dan komentar. Jika tidak ingin berkomentar, berikan vote. Jangan jadi pembaca gelap.

Selamat membaca♡

°°°

Hembusan angin yang terlalu dingin didalam ruangan rawat inap ini membuat pria yang sedang tertidur itu kedinginan. Jendela rumah sakit yang sengaja ia buka sejak tadi siang saat menemani sang istri membuat dirinya lupa untuk menutupnya kembali.

Mata elangnya sedang tertutup menandakan bahwa sang empu sedang tertidur. Alis tebal, hidung mancung dan bibir yang sedikit tebal pria itu terlihat nyaris sempurna. Rambutnya sudah mulai panjang, dengan kumis tipis yang sedang tumbuh itu membuat kesannya semakin dewasa.

Banyak yang memujanya bak dewa. Perempuan diluar sana ingin menjadikan dirinya sebagai suaminya. Namun, sayang pria ini tak tertarik sekali pun. Bahkan ia bisa saja main dibelakang dari istrinya. Tapi, itu tidak akan pernah terjadi. Baginya, istrinya tetap ratu di dalam hidupnya setelah ibunya. Anindya sudah memenuhi ruang hati milik Ardhan itu. Hingga ruang tersebut hanya Anindya yang berhak memenuhinya. Pria kejam itu sudah mulai luluh. Kalian tahu siapa yang berhasil meluluhkannya? Ya, siapa lagi kalau bukan Anindya--- istri dari Ardhan Putra Sanjaya. Pengusaha sukses diusia muda yang sudah mempunyai banyak bisnis berupa penginapan hotel dari hasil perjuangannya sendiri.

Memang pertama kali Ardhan mulai bekerja berawal dari perusahaan sang ayah, tapi semakin lama dirinya bergelut di bidang bisnis, akhirnya Ardhan mampu membangun perusahaannya sendiri. Sekarang perusahaan ayah dan anaknya itu bekerja sama dengan baik sehingga semakin besar dan berkembang pesat. Mengingat sang ayah yang tak lagi muda, diusianya yang mulai renta kini harus beristirahat. Perusahaan sang ayah sudah dipegang oleh Kelvin, yang tak lain kakak kandung Ardhan.

Wanita akan diperlakukan layaknya ratu bila mendapat laki-laki yang benar-benar baik dan mencintainya. Mencintai kelebihan maupun kekurangannya. Mau seburuk apapun dia, kalau kamu bisa menerimanya, maka percayalah hidupnya saling melengkapi. Tidak perlu mencari yang sempurna, ternyata yang baik sudah ada di depan mata.

Usapan dari seseorang membuat sang empu mengerjabkan matanya. Ia melihat seseorang yang sedang ia nantikan. Bangunkan Ardhan bila ini bukan sungguhan. Tangan kirinya mengucek matanya, mungkin efek bangun tidur jadi kebanyakan berkhayal. Nyawanya masih belum terkumpul. Dengan segera ia mengucek kasar matanya agar penglihatannya ini tidak salah.

Tapi, ada tangan seseorang yang menahannya. Seakan mencegah untuk tidak kasar saat mengucek matanya. Bahaya karena bagian mata adalah bagian yang sensitif untuk dipegang. "Sini aku saja yang usap, ya." Ujarnya dengan lembut.

Hei, tolong bangunkan ayah muda ini. Ia sudah terlalu banyak berkhayal. Mimpi dimalam hari memang sangat menyenangkan, apalagi yang menjadi objek mimpinya itu istrinya sendiri. Ia sudah rindu melihat ocehan istrinya kalau dirinya pulang telat dari kantor tanpa memberitahukan Anindya.

Ardhan menyentuh tangan itu yang ada dipipinya. Berulang kali dirinya meyakinkan bahwa apa yang ia lihat benar adanya. "Istriku?!"

"Ya, suamiku?!"

Tanpa sadar Ardhan mengembangkan senyumannya. Ia langsung memeluk tubuh istrinya dengan erat. "Alhamdulillah kamu sudah sadar. Aku rindu sekali." Ujar Ardhan.

Tepukan dibelakang punggung Ardhan sangat terasa sekali. "Pelan-pelan bang, aku gak bisa napas." Kekeh Anindya.

Ardhan refleks melepaskan pelukannya. Ia merasa berlebihan karena itu ia memeluknya dengan sangat erat. "Haduh maaf. Mana yang sakit? Aku panggilkan dokter, ya?" Ujar Ardhan dengan panik. Ingin beranjak namun ditahan oleh Anindya.

DESTINY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang