Wali Pendonor

432 39 0
                                    

▀▄▀▄Happy Reading▄▀▄▀

📖📖📖

Tidak penting siapa yang membuat kita menangis, terluka dan atau kecewa. Karena yang penting adalah siapa yang membuat kita tersenyum dan tertawa. Tidak penting siapa yang pergi dan tidak peduli. Karena yang penting adalah siapa yang tetap setia.

-Tere Liye-

"Tapi, dia orang yang mengajarkanku untuk tak menyerah, orang yang berhasil membuatku bisa tersenyum dan tertawa kembali juga kini telah pergi." Wanita muda berambut coklat karamel menghela nafas gusar. Ia melepas tatapan dari ponselnya yang tengah menampilkan laman Tere Liye, seorang penulis terkenal Indonesia.

"Terlalu jauh. Amat sangat jauh, hingga tidak bisa kembali." Wanita itu menunduk melepas ponselnya dari genggaman. Menopang kepalanya dengan kedua tangan tengah menyisip rambutnya yang sedang terurai menutupi wajah bersihnya, akibat ia menunduk.

Matanya terpejam, membenamkan pikirannya dalam serpihan kenangan yang masih terus mengitari kepalanya dan tumpah kalau tengah sendirian.

Cukup lama ia tenggelam dalam lautan kenangan dengan pria yang hidupnya berakhir secara tragis.

Seorang remaja yang berhasil membangkitkan nya dari keterpurukan akibat masa lalu yang pahit. Pria yang selalu ada saat ia tengah butuh sandaran, seorang yang penuh dengan kesabaran tiap menghadapi sikap buruknya.

Sakit yang timbul dari memgenang pria berparas Asia yang tiap kali melihatnya selalu berhasil menggetarkan hatinya, bahkan saat ia sudah tiada.

Kembali air matanya berderai, ia segugukan karena mencoba menangis dalam diam. Tanpa ia sadari jika seseorang sudah berdiri tak jauh dari tempat duduknya dan terus menatapnya.

Pria jangkung yang sudah lama memasuki klinik hewan tersebut masih terus memperhatikan wanita yang sedang menunduk dan kini menyembunyikan wajahnya di atas meja menggunakan kedua tangannya yang terlipat.

Anehnya, air matanya ikut turun membasahi pipi. Saat ia sadar jika sesuatu tengah mengendalikan jantungnya yang kini berpacu cepat menimbulkan perih, ia sadar segera menyeka air matanya yang jatuh tanpa pamit.

"Sial." Desisnya mencoba untuk menormalkan perasaannya. Sebelah tangannya mencengkeram dada yang membungkus jantungnya.

"Apa iya, aku harus merasakan  sakit seperti ini hanya karena kehidupan pemilik jantung sebelumnya?" Gumamnya masih mencoba untuk tetap tenang, agar tidak mengganggu wanita yang sudah beberapa kali bertemu dengannya.

"Oh, ada pengunjung kok kak Ayuni gak nyapa sih." Desah seorang wanita yang dapat di tebak dari visual, jika dia berasal dari Papua. Ia menatap pengunjung klinik tempat kerjanya, untuk mencari tahu kemungkinan kedatangannya, tapi dia tidak menemukan bawaan pria yang sepertinya berewok mulai tumbuh kembali.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ucapnya dengan ramah, "atau silahkan duduk dulu kak, biar saya panggil dokter Ayuni dulu." Senyumnya terus merekah, kemudian berlalu setelah pengunjungnya duduk di kursi panjang dekat pintu.

Wanita yang menunduk tadi secepat mungkin menghilangkan jejak air mata di mata dan pipinya saat mendengar suara gadis yang bekerja di bawah perintahnya, sedang menegur seorang pengunjung.

"Ada apa Nerole?" Ia menghampiri Nerole, gadis Papua yang sudah berdomisili dari sejak kecil bersama keluarganya di kota tersebut. Ia belum melihat sosok yang di belakanginya tadi, sampai Nerole menunjuknya dengan dagu.

Nerole yang sudah bekerja di kliniknya sejak setahun yang lalu hingga hari ini, sudah sangat dekat dengannya. Itulah yang membuatnya kadang-kadang bertingkah seenak teman.

Sebelum pemilik klinik menoleh padanya, ia lebih dulu berdiri dan menyapa dokter hewan muda itu.

"Saya Reza." Ia mengulurkan tangan sambil menampilkan senyum semanis mungkin yang di balas langsung oleh dokter muda di depannya.

"Ragah Reza Assyam." Reza merasa yakin jika menyebut nama lengkapnya maka gadis di depannya pasti akan tahu siapa dirinya.

Sesuai dugaannya. Jantung Ayuni merespon, dapat Reza rasakan getaran di tangan wanita itu yang masih berjabat dengan tangan Reza.

"Ayunita Cyzarine  Tame," Cukup memyebut nama lengkapnya saja, ia memalingkan wajahnya setelah melepas jabat tangannya.

Cukup berat ia berlama-lama menatap pria itu setelah perkenalan yang hanya saling menyebut nama. Ayuni mencoba untuk tetap tenang dalam situasi seperti ini. Ia terus mencoba untuk berpikir positif tentang pria di depannya.

Reza salah. Ia memang menduga jika Ayuni akan tahu siapa dirinya setelah menyebutkan nama lengkapnya, namun ia tak menyangka jika respon Ayuni akan seperti itu.

Ayuni enggan menatapnya, seolah ia hadir sebagai luka bagi dokter muda tersebut.

Reza merasa bersalah, canggung dan tidak tahu harus bagaimana memulai kembali percakapan dengan wanita tersebut.

"Jika perlu sesuatu atau butuh bantuan kami, silahkan ke Nerole terlebih dahulu." Ayuni segera berlalu, menolak untuk sesuatu yang tak ingin ia ungkit. Ia tahu jika Reza datang ke tempatnya pasti akan membahas tentang donor jantung yang di terimanya. Tidak ada alasan lain orang itu datang ke tempatnya jika bukan untuk identitas pendonor nya, karena terlihat dari kedatangannya yang tak bersama dengan peliharaannya.

"Aku ke sini untuk bertemu dokter Ayuni, bukan untuk memeriksakan peliharaan ku. Ada yang ingin kupastikan." Suara Reza tak berhenti menghentikan langkah Ayuni yang menuju sebuah ruangan dalam klinik tersebut.

"Dokter Malik yang mengatakan nya pada kami untuk menemui dokter Ayuni." Kali ini berhasil menghentikan langkah Ayuni tepat di depan pintu, dengan tangannya yang sudah memegang gagang pintu.

.
.
.
.
.
🐣 тєяιмα кαѕιн ѕυ∂αн мємвα¢α ραят ιηι 🐱
Jangan lupa ⭐ Vomment nya ya 😊👍

Btw untuk chapter ini agak pendek, soalnya author lagi ngejar deadline di sebuah kelas kepenulisan, tapi masih tetap ingin menulis chapter ini sebelum bulan Juni berlalu.

Aku harap kalian bakal suka dan tetap ingin membaca chapter2 selanjutnya, karena akan lebih seru di chapter2 selanjutnya.

Sampai jumpa di Chapter selanjutnya
Byee
😘

I Want You Back - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang