Mengenang

182 16 2
                                    


📚 SELAMAT MEMBACA 📚

“Dulu aku berpikir jika perempuan yang datang ke klinik menemui Satya dan menamparnya, itu adalah ibunya. Satya juga tidak mengatakan apa-apa terkait orang itu.” Ayuni kembali bercerita terkait Bayu.

“Menamparnya?” ulang Syam.

“Iya, paman. Aku tidak tahu apa masalahnya tapi dari yang aku dengar dalam percakapan mereka. Perempuan itu menuduh satya mengadu, melaporlah. Aku tidak mengerti apa-apa dengan masalah mereka. Yang jelas perempuan itu terlihat begitu marah dan menampar Satya tanpa ada bantahan sama sekali, dan beberapa ancaman keluar dari mulutnya.”

“Tau namanya gak?” tanya Reza merasakan sesuatu dari cerita Ayuni.

Ayuni menggeleng.

“Aku gak tau, Satya juga tidak memberi tahuku. Dia bilang kalau itu terjadi karena dia membuat orang itu kesal saja dan memintaku untuk tidak perlu peduli dengan hal-hal seperti itu. Awalnya aku juga kesal melihat perlakuan orang itu dan Satya yang notabenenya tidak ingin membagi masalahnya pada orang lain. Aku tahu jika dia sedang berbohong pada semua orang saat itu jika semuanya baik-baik saja, sebab hari setelahnya, dia tidak bisa dihubungi,” jelas Ayuni.

“Dulu orang itu sering menemuinya sebelum akhirnya hilang entah kemana. Saat dia datang pasti selalu merunduk Satya. Dia terlihat hampir seumuran Tante Anita, dia memiliki rambut yang bergelombang dan memiliki tailalat di ujung bibir bagian kanan.”

Syam, Anita serta Reza secara bersamaan memundurkan tubuhnya, menarik nafas dalam-dalam lalu mengembusnya berat. Orang dengan ciri-ciri tersebut sudah dapat mereka tebak. Kepalanya sudah punya jawaban, siapa lagi jika bukan Marisa. Syam dan Reza saling melempar tatapan kemudian kembali menatap Ayuni yang kembali menceritakan banyak hal tentang Bayu hinga menceritakan terkait kejadian di salah satu restoran cepat saji waktu itu.

Hari itu cukup cerah. Ayuni mempercepat langkah keluar dari klinik, ia tiba-tiba merasakan perutnya keroncongan di waktu yang tidak tepat. Jika saja ia bisa sedikit menahannya lagi, mengingat sebentar lagi ia pulang tapi perutnya tidak bisa diajak kompromi. Saat ini perutnya benar-benar meraung minta diisi.
Mulutnya sibuk mengeluarkan sumpah serapah yang di tujukan untuk perutnya sendiri, mengiringi langkahnya meninggalkan klinik.

Tujuannya saat ini restoran cepat saji, yang merupakan tempat untuk makan terdekat dari kliniknya. Dia harus mengisinya di sana dibandingkan ditempat Dito yang sudah pasti matanya hanya akan memanas saat jam seperti ini. Ia dapat memastikan Satya sudah di sana di jam seperti ini, mengingat dia tipe orang yang tidak suka telat.

Saat Satya tengah memenuhi kepalanya, saat itu juga matanya menangkap penampakan pria itu sedang berjalan keluar dari pembelokan. Sebentar lagi dia akan berpapasan dengannya. Ayuni menarik senyuman selebar mungkin, ia merasa akan segera diuntungkan jika sudah seperti ini. Kembali ia mengelus perutnya dan memuji kelaparan yang tidak tepat waktu itu, setidaknya bisa membawanya keluar dari kandang hewan dan mempertemukannya dengan pria remaja yang selalu menampilkan ekspresi datar itu.

“Satya!” panggilnya cukup lantang, tidak mau menunggu orang itu sampai di depannya dulu. Beberapa pejalan kaki sempat menoleh pada Ayuni walaupun bukan mereka yang sedang dipanggil.

Pemilik nama yang merasa terpanggil itu pun menangkap sosok wanita tak jauh darinya sedang memamerkan deretan gigi putihnya. Ia menghela nafas berat, tertangkap lagi, pikirnya.

Ayuni menghentikan langkah kakinya, menunggu pria itu saja yang berjalan hingga kedepannya seperti biasanya, dan benar saja. Setelah Satya sampai, ia menggerakkan kedua alisnya naik turun.

I Want You Back - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang