Bad Bayu

172 17 4
                                    

📚 SELAMAT MEMBACA 📚

Sebuah pukulan mendarat di pipi seorang sisiwa berseragam SMA Smart 7. Pukulan berupa tinju mendarat dari tangan seorang sisiwa yang juga mengenakan seragam yang sama. Api dalam bola matanya belum padam, padahal ia telah membuat lawannya tersungkur berkali-kali.

Kali ini saat siswa yang menerima pukulan tersebut hanya tersungut, si pemukul kembali mendaratkan tendangan hingga membuat lawannya tersungkur jatuh. Tak sampai mengeluarkan darah namun menyisakan bengkak pada bekas pukulannya, sedangkan si pemukul berhasil mendapatkan luka berdarah di ujung bibir. Entah karena apa, hanya mereka berdua yang tahu.

Si penerima pukulan lantas mengeluarkan tawa sambil berbaring di tanah.

“Aku gak nyangka kalau pukulanmu juga bisa keras, Mr. Waiter. Oh, salah. Maksudku Mr. Servant, Hahaha.” Siswa yang bername tag Juna itu, tertawa mengejek.

“Setauku seorang Bayu hanya mampu mengangkat cangkir dan piring juga menyeduh kopi doang, eh tau-taunya bisa tinju juga. Kuat juga kamu.” Lagi-lagi ia mengeluarkan sumringah mengejek.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut siswa bernama Bayu itu, hanya ada tatapan tajam yang mendominan di wajahnya. Tangannya belum kelu, ia masih mampu mengangkat Juna dengan dua tangan menarik kerah kemeja Juna.

Juna berhasil ia tegakkan, sebelah tangannya meninggalkan cenkramannya. Juna yang bangkit karena cengkraman Bayu, berusaha menanggalkan tangan Bayu dari kerah kemejanya. Namun, keburu sebelah tangan Bayu kembali mendarat di wajahnya. Juna hampir membalas sebelum suara pak Allan memecah pendengaran mereka.

“MASIH INGIN TERUS BERTENGKAR, HAA!!!” Suara itu menggelegar, bahkan terdengar hingga di lapangan sekolah, beberapa sisiwa yang sedang berada dekat dengan perpustakaan berhenti dari kegiatannya dan mencari sumber suara, terlebih sisiwa yang sedang berada dalam ruang perpustakaan, meninggalkan buku mereka dan beranjak melongo melalui jendela. Kini Bayu dan Juna disaksikan banyak siswa dan para penonton menunggu hukaman apakah yang pak Allan akan berikan kepada dua siswanya tersebut.

“Sepertinya menghukum kalian membersihkan perpustakaan dan kelas tidak akan cukup. Bapak sudah berapa kali menemukan kalian bertengkar. Kali ini fisik kalin sepertinya lebih dari cukup untuk sekedar menerima hukuman bapak yang kemarin-kemarin.” Pak Allan berjalan mengitari sisi keduanya sambil memukul-mukul ringan pundaknya dengan tongkat kayu andalannya. Ia menatap keduanya bergantian.

Tongkatnya ia gerakkan melepas cengkraman yang masih lekat pada keduanya.

Bayu dan Juna menunduk menatap ujung sepatu masing-masing, tak ada yang berani  bahkan sekedar mengangkat pandangan saja.

Juna sibuk merutuki Bayu dengan mulut komat-kamit tak jelas, ia menjadi dendam karena tertangkap pak Allan lagi. Sedangkan Bayu menatap ujung sepatunya kosong bahkan suara pak Allan tak sampai pada pendengarannya.

“Juna belum puas mempermalukan orang tuamu? Kamu mau bapak undang orang tuamu ke sini lagi? Mau gak bapak panggil mereka?” ancamnya yang sempat membuat Juna mengangkat kepala sebelum kembali menunduk karena tatapannya bertemu dengan tatapan pak Allan. Sedikit di kasih hadiah tamparan halus dari pak Allan. Juna meringis menahan perih saat tangan besar guru olahraga itu menyentuh pipinya yang lebam.

“Gak pak,” jawabnya singkat dan bergumam.

“Dan kamu Bayu. Mau reputasimu jadi makin buruk? Nilai-nilai yang kau pertahankan selama ini mau kalau turun? Atau mau bapak panggil orang tuamu juga? Oh iya, orang tuamu memang belum pernah ketemu bapak, kalau bapak undang kali ini mungkin dia mau datang, iya gak?” ancaman pak Allan membuat kesadaran Bayu pulih, ia mengangkat kepalanya berani menatap gurunya itu. Tatapannya sulit ditebak, yang malah membuat pak Allan salah mengartikan ekspresi yang ditampilkan. Ia berpikir Bayu tidak menghargainya.

I Want You Back - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang