📚 SELAMAT MEMBACA 📚Selepas pengakuan Reza jika ia saudara dengan Bayu, Dito tak lepas dari bayang-bayang Bayu saat masih bekerja dengannya. Tak jarang ia termenung dan terus menatap ke meja pelanggan yang juga sering kali Bayu gunakan saat tidak bekerja, sudah menjadi tempat favorit remaja 19 tahun itu duduk dan membaca buku di sana.
Seperti pagi ini. Pagi-pagi sekali Dito sudah berada di kafe, tidak seperti biasanya yang akan datang setelah siang. Ia tidak melakukan banyak hal, hanya duduk di kursi kasir menopang kepala dengan tangannya.
Setelah Bayu pergi, ia juga merasa sangat kehilangan. Bagaimana tidak. Pria remaja yang sudah mengundang banyak pelanggan itu tiba-tiba pergi tanpa pamit dan tak pernah lagi kembali.
Dito menghela berat berkali-kali. Ia tidak dapat menemukan karyawan seperti Bayu lagi. Sulit, sulit menemukan orang seperti Bayu. Di luar sana mungkin banyak orang tampan berperawakan tinggi, tetapi menemukan pribadi seperti Bayu sangatlah sulit dan mungkin tidak ada.
Dito kembali menghela nafas berat. Membuang semua tentang Bayu dari kepalanya, ia berinisiatif untuk bekerja saja hari ini dan tidak perlu mengingat Bayu lagi. Namun, semua tak sesuai rencana dan harapannya.
Denting bell pada pintu kafe berbunyi. Seorang pria jangkung muncul dari sana, berjalan ke arahnya. Dito merangkai kemungkinan maksud kedatangannya.
Tidak seperti biasanya, ia akan menyapa pria itu saat datang ke kafe, tetapi kali ini bahkan seulas senyum pun sulit untuk ia pamerkan.
Sebelum pria jangkung itu bersuara, Dito mendahuluinya dengan menyuguhkan aura dingin.
“Ngapain kamu ke sini?” tanyanya terdengar cukup dingin. “Kalau hanya untuk menggali tentang adikmu lagi, lebih baik pulang saja. Lagian Dia udah gak ada. Di sini dua-duanya Bayu sudah gak ada.” Serbu Dito tanpa perlu mendengar maksud kedatangan Reza ke kafenya.
“Saya kesini mau nanya alamat rumah Ayuni, kalau Bang Dito tau.”
Tak ada jawaban dari Dito.
“Aku benar-benar butuh Bang,” ucapnya lagi.
Dito mengembalikan tatapannya ke wajah Reza.
“Butuh buat apa?” Masih dingin, Dito sebenarnya juga tidak tega dengan menutup-nutupi kehidupan Bayu yang ia tahu, tetapi merasa lebih tidak tega lagi jika pria di depannya harus tahu sebab menurutnya buat apa juga. Semua tidak dapat di kembalikan, waktu yang telah berlalu tidak dapat untuk dikembalikan hingga apapun yang terjadi dengan Bayu dulu tidak lah penting untuk sekarang, Bukankah Bayu sudah cukup melalui masa-masa sulitnya dulu? Jangan lagi sekarang.
“Bayu saudara saya Bang, jelas saya harus tau. Aku butuh. Setidaknya aku bisa melakukan sesuatu jika sudah tau.” Suara Reza sedikit meninggi. Begitu ngotot untuk tahu masa-masa Bayu saat ia tidak lagi saling menyapa.
“Sudah terlambat untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk Bayu. Sudah terlambat Za.” Suara Dito lembut, terlepas dari hawa dingin yang menyerangnya saat melihat Reza awal memasuki kafenya tadi. Namun, tatapannya mengembara menjauh dari Reza.
“Iya Bang. Tapi setidaknya sekarang ...”
Ucapan Reza terpotong tepat tatapan Dito tajam padanya. Aura dingin yang sempat hilang kembali merasuki Dito.
“Sudah cukup Za.” Suaranya ikut meninggi, tatapannya tajam dan dingin. Reza menciut di buatnya. “Sudah cukup. Bayu sudah cukup seperti itu, melalui semuanya sendirian. Sudah cukup Za. Dan jangan lagi, Tidak.” Dito menjeda, ia meneguk salivanya. Memejamkan mata, mencoba untuk mengatur emosinya, ia tidak ingin meluapkan segalanya di situ karena pengunjung sudah banyak.
“Gak perlu melakukan sesuatu buat Bayu. Jika benar-benar ingin melakukannya, cukup jaga milik Bayu yang ada padamu. Aku pikir itu sudah cukup bagi adikmu.” Dito kembali menjeda. Tatapannya masih melekat di wajah Reza.
Reza juga tak melepas tatapannya, wajahnya kacau. Ia berfikir jika hari ini ia biasa menemukan Ayuni atau setidaknya Dito yang akan memberi tahunya mengenai Bayu. Sebab selama jantung baru itu melekat padanya, ia benar-benar sulit untuk percaya. Entah dia percaya dengan masa lalunya yang menyisakan luka untuknya dan Bayu lah yang jahat atau percaya pada sebagian perasaannya yang memaksa untuk menerima jika Bayu sebenarnya sosok adik yang baik.
“Dia orang baik Za, kamu harus percaya itu. Jika dia tidak baik, maka gak mungkin ia merelakan segalanya untuk kamu Za.” Dito hanya meyakinkannya dan tak ingin memperpanjang pembahasannya lagi, bisa-bisa ia akan naik pitam lagi.
Reza menunduk menghindari tatapan Dito yang beberapa detik setelahnya ikut memandang ke arah lain.
Reza merasa jika Dito memang benar. Satu satunya yang sekarang ini bisa ia lakukan untuk adiknya adalah menjaga apa yang menjadi warisan dari adiknya. Tentang percaya yang mana, ia merasa masih harus mencari tahunya lagi. Bagaimanapun itu, ia tidak ingin salah menilai lagi pada akhirnya. Ia memutuskan untuk tetap melakukannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Heiyoo... I'm back with Reza yang masih berkeliling, belum nyerah nyari adiknya.
Sampe sini, gimana nih? Masih bingung? Yok baca terus biar bingungnya bisa terpecahkan 😁
Kedepannya, kira² mau aku up berapa part sekali up nih? Tulis di komen ya 👇
Thank you and Love you
💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Back - [Tamat]
Random"Jika aku dapat memutar waktu kembali, aku akan merayakan Ulang tahunmu bersamaku" - Reza - "Jika aku dapat memutar waktu kembali, aku tidak akan merengek untuk ulang tahunku" - Bayu- ⭐2020.06.12