Tentang Bayu

242 20 1
                                    


📚 SELAMAT MEMBACA 📚

Angin sore berhembus seolah membisikkan mantra penguat kepada Anita, jangan terlalu sedih sebab apapun yang terjadi telah menjadi rencana Tuhan, biar bagaimanapun itu sudah merupakan takdir-Nya. Namun, Anita tetap diam melabukan pikiran pada penyesalan atas kesalahan. Ia sama sekali belum bisa termakan mantra penguat manapun, penyesalan dari rasa bersalah telah menguasainya.

Ia duduk bersandar pada kursi kayu di teras rumah. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat, sorot mata makin dalam dan sulit terbaca. Senyuman tak lagi pernah tergaris di wajahnya, bahkan bersuarapun seadanya. Pergerakannya menjadi sering melambat dan kadang secara tiba-tiba berubah jadi sangat cepat. Kebanyakan waktunya ia gunakan menatap keluar jendela entah kemana tatapannya berlabuh atau ia akan duduk melamun di teras rumah.

Jika malam makin larut, suara isak tangis lebih sering terdengar begitu menyedihkan. Tubuhnya menjadi sedikit kurus dan tidak begitu terurus. Kadang-kadang ia tidur di kamarnya dan paginya bisa ditemukan di kamar tak terurus itu. Syam dan Reza bingung hendak berbuat apa, bagaimana mengembalikan semangat Anita yang dulu. Reza tahu jika Anita lebih terpukul dibandingkan siapapun. Biar bagaimanapun ia adalah seorang ibu yang melahirkan Bayu juga. Membencinya mungkin adalah sebuah kesalahan, tapi kehilangannya menjadi sebuah kepedihan terbesar bagi seorang ibu.

Anak adalah sebuah anugah, dan Anita menyesali telah menyia-nyiakan satu anugrah terbesar dalam hidupnya, hingga terlambat ia sadari kesalahan yang akhirnya hanya menyisakan kesedihan terbesar dalam perjalanan hidupnya.

Ia begitu larut dalam kesedihannya sendiri hingga suara bel rumah pun tidak mampu masuk dalam telinganya.

Ayuni dan Dito telah memencet bel berkali-kali, mencoba memanggil hingga Reza yang keluar dari dalam rumah. Reza sempat menatap Anita tanpa menegur sebelum berjalan menuju gerbang rumah. Ia membuka pintu gerbang sambil minta maaf pada dua orang yang memberinya tatapan  datar.

Barulah setelah Dito dan Ayuni berada di teras rumah, Anita menyadari kedatangannya. Senyuman yang tergaris di wajahnya sore ini adalah senyuman pertama setelah insiden malam itu. Senyuman yang cukup dipaksakan hingga terlihat begitu kaku. Untuk menghargai dua orang terdekat Bayu, Anita mencoba terlihat lebih baik-baik saja dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Keduanya mengambil duduk setelah dipersilahkan oleh Reza, kemudian Syam datang menambahnya. Sebelum membuka perbincangan dari maksud kedatangannya, mereka saling bertukar kabar dan berbasa-basi untuk menghilangkan kecanggungan yang ada. Syam dan Reza masih merasa sangat bersalah sekaligus begitu berterima kasih pada dua orang yang telah menjadi orang terdekat Bayu di tengah kesendiriannya. Rasa bersalah itu memang sulit untuk hilang begitu cepat dan penyesalan itu pasti akan hinggap tiap kali sesuatu yang mirip terjadi atau sesuatu tentangnya teringat. Namun, bagi kedua lelaki ini, mantra penguat yang dihasilkan dari kesadarannya sendiri masih bisa sedikit berhasil dibandingkan bagaimana Anita yang sulit untuk melepaskan diri dari jeratan rasa bersalah dan penyesalan.

Setelah merasa cukup berbasa-basi, kini Dito dan Ayuni membuka obrolan terkait maksud kedatangannya.

“Aku tau keluarga Paman masih sangat terpukul, tapi aku tidak bisa menunda waktu lagi untuk tidak datang ke rumah ini segera. Dulu juga aku merasakan hal yang sama dan itu berlangsung cukup lama hingga kesadaranku sendiri yang menguatkan diriku. Ucapan-ucapan penguat orang-orang disekitar kita sulit untuk kita terima tapi dengan kesadaran kita sendiri, itulah penguat yang paling ampuh untuk kita terima,” ucap Ayuni memberikan pengalaman.

Syam mengangguk-angguk setuju. Ia juga menerapkan hal yang sama.

“Paman aku datang membawa sesuatu untuk kalian, terkhusus untuk Reza.”

Ketiga pemilik rumah menatapnya sedikit ragu. Ia tidak melihat keduanya membawa apa-apa masuk kedalam rumah ini.

“Untuk aku?” Reza mengeluarkan pertanyaan tidak begitu yakin.

Keduanya mengangguk bersamaan.

“Tapi sebelumnya, aku ingin bertanya dan apa yang kami bawa kesini terkait Satya yang tentu saja akan kembali membawa kita pada kenangannya. Aku harap Paman dan Tante menerimanya,” ucap Dito agak ragu, tapi setelah mendapat anggukan dan persetujuan tuan rumah ia kembali memberanikan diri.

“Udah berapa tahun paman pulang dari Malaysia?”

Seketika semuanya terdiam, saling melempar tatapan. Kemudian helaan nafas terdengar berat dari Syam.

“Kami pulang setelah Reza menyelesaikan masa SMAnya di sana. Berarti itu sudah masuk lima tahun kami di sini, kenapa?”

“Selama Paman pulang, pernah gak sih Satya ketemu Paman atau Tante? Atau dia datang kerumah ini?” tanya Dito kembali.

Reza, Syam dan Anita saling melempar tatapan, mereka nampak ikut saling bertanya.

“Gak pernah sekalipun,” jawab Syam masih memimpin.

Ia kemudian memajukan sedikit kepalanya, bertanya untuk memastikan sesuatu yang ia rasa menjanggal juga dari seorang Marisa.

“Paman mau nanya juga sama kalian.”

“Udah berapa lama kalian kenal dengan Bayu?”

Kini giliran Ayuni dan Dito yang saling melempar pandangan. Dito memberikan kesempatan pada Ayuni untuk menjawab pertanyaan Syam sebab ia merasa Ayuni lebih pantas menjawabnya.

“Aku mengenalnya saat umurnya masih lima belas tahun, saat itu dia dalam keadaan menganggur. Dia yang menolongku dan membantuku bangkit dari keterpurukanku saat itu Paman.” Ayuni mulai menceritakan kejadian dimana awal-awal mereka ketemu hingga menceritakan beberapa kisah dari Bayu selama hidupnya.

“Ayuni?” suara Anita sedikit parau. Ia menatap Ayuni penuh harap.

“Bisa kamu ceritakan sedikit bagaimana Bayu tumbuh selama ini?” pintanya dengan mata berkaca-kaca.

Ayuni dapat merasakan bagian hatinya tersayat melihat bagaimana Anita berkaca-kaca. Kekesalannya terhadap Anita telah hilang, ia tidak bisa menahan kesalnya terlalu lama sebab ia tahu jika Anita tidak lain hanya melakukan kekeliruan pada kehidupan Bayu.

“Satya tumbuh dengan pribadi yang baik Tante. Dia orangnya penurut, perhatian, pengertian bahkan saking baiknya, dia bahkan lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Kadang-kadang kebaikannya justru membuatku kesal. Dia tipe orang yang tepat waktu, jadi saat dia terlambat bahkan semenitpun ia akan minta maaf dan tak akan berhenti minta maaf hingga benar-benar di maafkan."

"Karena dia terlalu penurut, kadang-kadang membuatku jengkel ketika dia harus menuruti semua orang, sama seperti ketika dia begitu perhatian pada orang-orang tanpa memperhatikan orang asing atau bukan, berbahaya atau tidak. Satya bahkan sangat pandai menyembunyikan rasa sakitnya, ia tidak pernah sekalipun memperlihatkan sedih dan sakitnya, atau mengeluh atas masalahnya. Dia selalu terlihat kuat dan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Dia sangat pandai dalam menyembunyikan perasaan,” jelas Ayuni. Ia tersenyum saat menceritakannya. Merasakan hatinya bergejolak karena bisa membanggakan pria itu.

“Satya tumbuh sangat tanpan dan kuat. Karena ketampanannya ia menjadi rebutan para wanita. Kadang-kadang Satya sampai tidak terlihat jika berada di tempat yang tidak tepat. Dia seringkali terjebak dalam kerumunan kaum hawa. Hal yang selalu membuat Ayuni mengamuk,” tambah Dito yang membuat mulut Ayuni membulat kaget.

Ayuni tertawa dibuat-buat. Ia memukul dada Dito, wajahnya bersemu merah. Seketika beban bersalah dalam diri Anita mereda, begitupun Syam dan Reza. Mereka menertawai Ayuni yang berusaha menutup mulut Dito yang tiap kali mengungkapkan kecemburuannya saat Bayu tengah ditaksir wanita lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Biar cepet selesai, bakal up tiap hari aja

Entar lagi Agustus dan aku mau nulis cerita baru.
Jadi, jangan lupa vote ya 😊

Thank You and Love You
💛💛

I Want You Back - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang