Menghilang

231 19 4
                                    

📚 SELAMAT MEMBACA 📚

“Saudara. Aku dan Bayu memang saudara. kau tahu saat kau memberiku ponselmu dan memperlihatkan foto Satya padaku, saat itulah aku melihat Bayu di sana. Aku kenal Satya mu. Dan kau datang kemari karena ingin tahu kenapa aku ambruk saat di kafe kan? Dengar, itu karena Satya. Tentu saja dengan mengetahui jika pria itu yang mendonorkan jantungnya padaku, aku syok. Aku tidak habis pikir. Tidak. Dari keseluruhan orang, kenapa harus dia. Kenapa HARUS DIA?!”

Suara Reza masih terus mengitari kepalanya, menjadi nyamuk yang mengganggu pikirannya.

Bagaimana mungkin. Dia saudara dengan Reza? Dan tentang donor itu? Dia tahu semuanya? Gak, aku gak paham sama sekali. Bagaimana Tuhan bisa merencanakan semua ini sedemikian rupa, apa maksud Tuhan melakukan semua ini.

Reza kenal dengan Satya, dan Satya menjadi pendonornya, lalu kenapa Reza seolah tidak terima dengan kebaikan Satya. Ayuni mulai memunculkan pertanyaan-pertanyaannya sendiri, berupaya mencerna tiap kata yang keluar dari mulut Reza kemarin.

Beberapa jam berlalu sejak awal malam, ia masih saja meringkuk di atas tempat tidur. Masih mencoba mencerna omongan Reza hingga ingatannya kembali pada Bayu yang pernah sedikit terbuka dengan kronologi keluarganya.

***

Tringg

Suara lonceng berbunyi, seorang wanita tinggi semampai berambut karamel sengaja diurai menambah kesan cantik di wajah bulenya. Senyum ceria tidak lepas dari bibirnya. Ia menyapa pemilik kafe sambil mengangkat sebelah tangan menandakan jika ia sudah akrab dengan pemilik kafe. Ia berlari kecil menuju seorang pria yang tengah dikerumuni gadis remaja berseragam SMA. Pria yang tengah mengantarkan pesanan pelanggan itu sepertinya sulit untuk lepas dari kumpulan pelajar yang tak tahu malu menarik-narik, hingga menjepret foto tanpa izin dari pangeran kafe tersebut.

Senyum wanita yang baru masuk tersebut berubah menjadi lengkungan, cemberut. Ia kesal tiap kali datang ke kafe dan menemukan pemandangan seperti itu. Buru-buru ia mendekat.

“BAYU!” panggilnya kesal. Semua mata tertuju padanya, tidak hanya para gadis yang tak tahu malu itu tapi juga pengunjung kafe lainnya.

Pria yang di panggil Bayu itu menoleh, masih mencoba untuk lepas dari cengkeraman penggemar.

“Eh kalian ya, bener gak punya malu. Ini udah ke berapa kalinya aku nemuin kalian kaya gini dan harus berapa kali lagi aku bilang kalau Dia itu udah punya KE-KA-SIH, dan itu AKUU!” sergapnya pada para pelajar yang masih tengah mengenakan seragam sekolah. Namun, para pelajar tersebut rupanya selalu tidak mau kalah, mereka membalas.

“Ih situ kok ngaku-ngaku pacar Bayu? Situ yang gak punya malu.”

“Emang kamu pikir kita gak tau apa, kalo Bayu belum punya pacar.”

“Seluruh warga sekolah juga tau, kalau Bayu belum milik siapa-siapa, bego.”

“Gak cocok tau. Masa lakinya muda, cewenya nanti udah ubanan lakinya masih seger di pandang.”

“Dasar bule.”

Ayuni geram. Memang anak-anak zaman sekarang udah kurang etika, tidak sopan sama orang yang lebih tua. Ayuni hampir membalas, tetapi Bayu menahannya.

“Kalian ini bener- bener ...”

“Udah ah, Ayo!” berhasil lepas, Bayu menarik pergelangan tangan Ayuni meninggalkan meja para pelajar tersebut. Ia tidak ingin jika sampai gadis yang tengah di tariknya menjauh itu melakukan hal kekanak-kanakan lagi seperti sebelum-sebelumnya.

“Gak. Masalahnya, tiap aku ke sini di jam segini itu aku selalu nemuin mereka seperti itu. Dan kamu juga, ngapain sih betah banget di gituin, atau jangan-jangan kamu emang doyan di sentuh banyak cewek, IYA?!” Ayuni mengintimidasinya. Dan pria yang menerima tatapan intimidasi wanita bergelar dokter itu hanya menampakkan senyum seadanya. Ia kenal betul dengan wanita di depannya.

I Want You Back - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang