Paman Bayu

145 16 4
                                    


📚 SELAMAT MEMBACA 📚

Kota yang tengah bernaung di langit malam belum waktunya beristirahat, langit malam dengan sedikit bintang yang menghias dikalahkan oleh terangnya penerang dalam kota. Walaupun banyak, jika di lihatnya di kota akan sangat sedikit atau bahkan dikira tidak ada, tetapi jika di lihatnya di pedesaan maka akan terlihat ramai.

Ayuni keluar dari kafe dengan tampang kesal, ia bahkan tidak sempat memesan dan memenuhi tujuannya kemari. Setelah matanya menangkap dua sosok manusia duduk berhadapan mengubah moodnya jadi buruk.

Awalnya ia berjalan dengan menghentak kaki cukup keras dan cepat tetapi setelah melewati seluruh badan kafe, mulai ia pelankan langkahnya. Pikirannya keruh, sedikit umpatan keluar dari mulutnya untuk diri sendiri, katanya menyesal telah memilih datang di jam tersebut, padahal sebelum ia datang ke kafe ia merencanakan akan datang setelah pekerjaan malamnya selesai sebentar lagi, tapi justru karena lidahnya sudah tidak sabaran untuk menikmati hidangan favoritnya di kafe jingga, ia mengalah untuk rencananya dan memilih pergi lebih awal.

Langkahnya masih diteruskan dengan pelan untuk kembali ke klinik, ia sudah memutuskan untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya sebelum pulang agar besok-besoknya tidak terlalu menumpuk dan merepotkan. Mulutnya sudah berhenti komat-kamit, ia berharap tak akan bertemu mereka lagi, ia juga menyesal kenapa harus menyapa mereka duluan? Seharusnya dan ada baiknya berpura-pura saja tidak melihatnya tadi, Ayuni sungguh menyesali perbuatannya tadi.

Ia menghela nafas berat berkali-kali, seakan tengah memanjatkan doa dalam hatinya – semoga Tuhan memberikan apa yang diinginkannya, yaitu untuk tidak lagi bertemu mereka yang hanya akan  mengingatkannya dengan Bayu. Namun, ia tidak menyadari jika sedari tadi seseorang tengah mengikuti langkahnya.

“Ayuni?” Suara yang berasal dari belakang cukup mengagetkannya, ia menghentikan langkah, menoleh memastikan siapa pemilik suara yang memanggil, dan benar saja. Tuhan sepertinya merencanakan sesuatu yang lain untuknya, kini pria yang menjadi pelaku utama dalam doa itu tengah menatapnya sekarang.

“Kamu? Kamu ngikutin aku?” tanyanya tidak habis pikir. Ia merasa jika pria ini datang saat jarak tempuh Ayuni dari kafe masih terbilang dekat, kafe jingga masih bisa terlihat dari arahnya sekarang berdiri.

Jika Reza sudah di sini sekarang? Sejak kapan ia dan Adit berpisah? Ayuni sampai menunjuk kafe lalu Reza.

“Ada yang ingin aku tanyakan masalahnya,” jawab Reza memberikan alasan.

Ayuni membuang muka, kemudian tanpa sepatah kata pun ia membalikkan tubuhnya dan lanjut berjalan. Reza langsung mengikut saat melihat Ayuni sudah beranjak lebih dulu.

“Ayuni?” panggilnya.

Ayuni tetap tidak peduli, ia terus saja melanjutkan langkah kakinya.

“Ayuni?” Lagi-lagi Reza memanggil.

Ayuni menghela nafas berat. Demi Tom and Jerry yang sulit untuk akur, Ayuni benci pria ini. sekarang ia harus cepat-cepat sampai di klinik untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya, tapi pria bernama Reza ini cukup menjengkelkan. Ia tidak ingin berhubungan lagi, tidak ingin bertemu lagi, tetapi jika tidak ia pedulikan pria ini sekarang juga maka pria ini akan datang besok dan besok hingga besoknya lagi untuk hal yang sama. Ayuni mendengus, matanya terpejam, kedua tangannya ia hentakkan dengan gemes, harus ia apakan pria ini?

Mengalah adalah pilihannya pada akhirnya, sebab ia tidak ingin jika sampai Reza kembali besoknya lagi. Ia membalikkan tubuh seratus delapan puluh derajat menghadap Reza.

“Apa?! Mau tanya apa kamu?” tanyanya dengan nada cukup di besar-besarkan.

Reza sampai menelan ludah setelah wajah gadis itu tepat menghadap padanya.

I Want You Back - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang