📚 SELAMAT MEMBACA 📚
Semuanya baik-baik saja saat beberapa bulan lalu yang dilewati Reza setelah menerima transplantasi tersebut. Bahagia penuh syukur telah menemukan donor jantung yang cocok, memberi harapan hidup lebih baik kedepannya. Namun, semua berubah setelah melewati hari kemarin yang membuat semuanya seolah sebuah lelucon kehidupan.Ia menerima jantung dari seorang Satya, pria berkepribadian baik di mata orang lain sedangkan di matanya seorang Satya adalah pria buruk yang lari dari tanggung jawab. Satya orang yang ia benci sebelumnya dan kini ia harus menerima kenyataan jika Satya sedang bersamanya sekarang, bersatu dengannya.
Reza hampir memaafkannya dari perbuatan yang hampir merenggut nyawanya. Namun, mengetahui kenyataan jika dia telah menjadi pendonor dirinya itu lebih menyakitkan dari luka yang ia toreh sebelumnya.
Jantung yang memompa darahnya, menjadi organ paling penting untuk hidupnya lebih lama lagi adalah hadiah dari musuh keluarganya. Sulit bagi ia menerima kenyataan. Jika ia mampu, Reza ingin mengeluarkan jantung itu sekarang juga, ia tidak mungkin bisa hidup tenang menggunakan jantung tersebut dan jika keluarganya tau, entah bagaimana dirinya – apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dreeettt!!
Ponselnya bergetar di atas nakas. Sebuah panggilan masuk dari kontak mamanya, Reza yakin jika mamanya pasti khawatir dengannya yang belum juga pulang saat sudah selarut ini.
Pukul sebelas malam, ia masih di rumah sakit menunggu dokter Malik menyelesaikan operasi pasiennya terlebih dahulu. Ada yang ingin Reza katakan pada dokter Malik yang memang sudah membuatnya curiga sejak terbangun setelah menerima transplantasi beberapa bulan lalu dan juga tiap kali ia datang untuk konsultasi padanya. Memang ada yang mencurigakan dari dokter Malik, Reza yakin jika dokter Malik telah sengaja menyembunyikan masalah itu dan mencoba untuk menutupinya.
Reza ingin dokter Malik mengaku. Memastikan agar tidak ada lagi yang di sembunyikan dokter itu padanya terkait donor yang ia terima.
“Iya ma.” Ia menempelkan ponsel itu di telinganya.
“Kamu kenapa belum pulang Za? Tadi kamu izin sebentar doang buat ketemu wanita bernama Ayuni yang kamu bilang itu, lah kenapa selarut ini kamu belum juga pulang? Kamu gak apa-apa kan? Atau kamu butuh mama jemput?” Suara di seberang sana bernada penuh khawatir.
Walaupun umur Reza saat ini memasuki pertengahan duapuluh tahunan, Anita tetap memperlakukan ia layaknya anak-anak. Apa-apa yang diinginkan, ingin dilakukan harus selalu izin dulu. Reza yang menjadi anak tunggal di keluarganya setelah Bayu pergi tentu menjadi anak yang patuh, apalagi orang tua selalu menyinggungnya menggunakan Bayu jika melakukan sesuatu tanpa persetujuan mereka.
“Iya maaf Ma, tapi Mama gak usah jemput Reza. Reza bisa pulang sendiri kok, lagian entar lagi Reza pulang.”
“Mau pulang pake angkot? Ini udah jam sebelas Za, gak ada lagi bus lewat. Mama jemput kamu aja ya?”
Reza baru sadar jika jam segini bus sudah gak ada yang jalan, jika mamanya tidak mengingatkan mungkin ia akan bermalam di rumah sakit karena di luar sana angkot saja sudah sepi.
“Astaga!” Reza mendesis pada dirinya yang terlalu fokus pada si penonor itu.
“Gimana? Mama jemput kamu aja ya. Jangan sampai Papa kamu marah kalau kamu pulangnya dini hari, dikiranya kamu ngapain lagi di sana. Udah, Mama jemput aja, jangan pake alasan bisa pulang sendiri.” Anita panjang lebar tak memberi kesempatan Reza menolak.
Reza memang sudah terbiasa dengan sikap mamanya yang terlalu perhatian sampai-sampai ia sering jadi bahan ejekan teman-temannya, atas ia yang menerima perlakukan demikian dan sebagai anak ia merasa tidak mungkin membantah seorang mama seperti Anita.
“Ini bukan Jakarta Za. eh tapi emang Jakarta jam segini kendaraan umum masih ramai ya?”
Reza yang sempat memijit jidatnya terkekeh mendengar mamanya yang kadang kelewatan cerewet hingga lupa pada mencari tau terlebih dahulu.
“Ah, udah ah. Jakarta ya Jakarta, sini ya di sini, yang penting sekarang kasi alamatnya ke Mama biar Mama jemput kamu sekarang. Sekarang ya Za, sekarang.”
Bahkan Reza belum menyahut, mamanya sudah memutuskan panggilan.
“Iya Ma iya, alamatnya saya kirim WA aja.” pasrah Reza.
Agar mamanya tidak khawatir berlebihan lagi, Reza memilih meninggalkan Rumah sakit dan belum sempat bertemu dokter Malik.
Beruntung tak jauh dari rumah sakit terdapat plaza buah yang bisa menjadi tempatnya menunggu Anita.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari ini kalo gak ada kendala, bakal tak up lagi malamnya atau mungkin sore.
Soalnya, ada tabungan dua bab ini sebelum sakit menyerang dan belum juga ku up. Tapi hari ini, walaupun sakit - tetep pengen up dua2nya biar nanti gak ngerasa ngutang sendiri
😊Jadi, see you di next chapter ya. Jangan lupa bintang dan lainnya, biar makin semangat saya buat up nya.
Thank you and Love you
💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Back - [Tamat]
Random"Jika aku dapat memutar waktu kembali, aku akan merayakan Ulang tahunmu bersamaku" - Reza - "Jika aku dapat memutar waktu kembali, aku tidak akan merengek untuk ulang tahunku" - Bayu- ⭐2020.06.12