Kebohongan Yang Mencurigakan

108 14 13
                                    


📚 SELAMAT MEMBACA 📚

Langit mendung seharian tidak memberikan kepastian hujan turun kapan, membuat banyak orang yang ingin beraktivitas di luar menjadi gelisah, sebab pikiran-pikiran mengenai akankah hujan benar turun atau tidak? Kapan awan hitam di atas sana menumpahkan airnya? Dan semacamnya.

Sebagian orang lainnya tetap cuek, entah hujan akan turun di tengah aktivitas mereka atau tidak sama sekali, dan yang paling mengantisipasi adalah orang-orang yang memilih mempersiapkan diri atas kemungkinan hujan turun di tengah aktivitasnya.

Dari pagi hingga sore tiba, awan tidak memberi ruang bagi matahari menampakkan diri. Hingga pergerakan awan yang mengubahnya menjadi lebih gelap memungkinkan orang-orang berpikir jika kemungkinan besar hujan akan turun cukup deras malam ini.

Sebuah gedung universitas dengan salah satu gedungnya memiliki tinggi delapan belas lantai nampak sangat menyeramkan selama di naungi langit mendung. Di areanya masih banyak mahasiswa lalu lalang, dan di salah satu ruang kelas nampak begitu serius sebelum dosen pengajarnya menyelesaikan pelajaran.

“Baiklah, untuk hari ini sampai di sini saja dan ibu tunggu tugas kalian di kirim langsung ke email saya, terakhir hari kamis pukul dua puluh tiga lewat lima sembilan sebelum saya masuk mengajar kalian lagi besoknya. Paham!” ucap Anita memperingati sembari membereskan semua bawaannya.

“Paham bu!” jawab mahasiswanya serentak.

“Oke. Sampai jumpa minggu depan,” ucapnya lagi, sebelum berlalu meninggalkan mahasiswa yang kini tengah heboh sendiri-sendiri.

Langkah Anita begitu terburu-buru, bukan karena khawatir hujan akan segera turun. Ia berjalan menuju parkiran, mengambil mobilnya dan membawanya segera menjauh dari kampus. Wajahnya tampak datar, siapapun melihatnya tidak akan mampu mengartikan keadaannya.

Perjalanan yang ia tempuh tidak begitu jauh ke tempat tujuannya. Sekitar tiga puluh menit saja saat keadaan sedang macet seperti yang Anita alami sekarang.

Begitu sampai pada tujuannya, mobil ia parkir di halaman rumah seseorang.

Anita turun, kemudian berjalan menuju pintu rumah tersebut, mengetuk pintu. Kini wajahnya berubah serius. Tidak lama, seorang datang membukakan pintu untuknya. Wanita itu menyambutnya begitu senang, senyuman di wajahnya melebar berlebihan sambil mempersilahkan Anita masuk.

Seorang pria yang terlihat hampir seumuran dengan Syam, mungkin saja lebih tua tengah duduk di sofa ruang tengah sedang membaca selembar kertas entah isinya apa. Ia menyadari kehadiran Anita dan ikut menyambutnya, mempersilahkan Anita duduk.

“Kamu tumben-tumbennya ke sini? Ada apa ya Nit?” tanya wanita pemilik rumah.

Belum ada jawaban dari Anita, ia hanya menatap sekitar ruangan. Sepulang dari Malaysia, Anita baru dua kali ke rumah ini, saat ia baru kembali dan kali ini, wajarlah jika ia mengedarkan pandangannya.

“Aku buatkan kamu minum dulu, kayaknya kamu baru pulang mengajar?”

“Gak usah,” tolak Anita sebelum tuan rumah berlalu.

“Aku ke sini juga gak akan lama. Duduk aja dulu.”

Wanita itu kembali duduk, benar-benar tidak jadi membuat minuman. Melihat wajah Anita, ia menjadi bertanya-tanya dengan ekspresi serius itu.

“Aku kesini pengen memastikan kembali, apakah benar anak itu seperti yang kamu katakan?”  ucap Anita tanpa butuh waktu panjang berpikir kemungkinan menyinggung atau mengusik keramahan mereka.

Kedua orang berstatus paman dan tante Reza itu  merasakan tubuhnya berubah dingin. Mereka tidak mengerti mengapa Anita tiba-tiba mengungkit Bayu lagi, bukankah selama ini ia tidak lagi peduli dengan anak itu?

I Want You Back - [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang