•••
Masih dengan nuansa kamar yang sangat membosankan bagi alena. Dirinya masih didalam rumah sakit akibat larangan devan dan raiden tidak mengizinkan alena pulang.
Jam menunjukkan pukul 17.20 gadis dengan bibir mengerucut kesal itu sedang berbaring diatas brangkar. Seharian ia hanya tertiduran diatas tempat tidur, main hp tidak boleh, nonton televisi tidak boleh semua tidak boleh akibat larangan lelaki menyebalkan itu. Siapa lagi kalau bukan raiden geordino.
Alena memang anak rumahan yang kerjaannya rebahan, tapi tidak seharian juga tertidur diatas ranjang. Apalagi tanpa melakukan aktivitas apapun. Sangat membosankan.
Sore ini alena ingin berjalan-jalan sore, gadis itu ingin melihat langit sore yang indah. Kalau raiden tidak mau, alena akan tetap ingin pergi, jika bisa sendiri akan ia lakukan itu! Sungguh sangat bosan berdiam diri tanpa melakukan aktivitas apapun.
Raiden? Lelaki itu sedari tadi asik bermain game. Tanpa berbicara apapun semakin membuat alena terasa bosan.
"Raiden," panggil alena.
"Hm," jawabnya tanpa beralih dari ponsel.
"Aku mau jalan-jalan." Kata alena menatap raiden.
"Gak,"
Alena mendelik kesal. "Aku bilang mau jalan-jalan, bukan izin sama kamu boleh atau enggak."
Raiden menggeser ponsel agar melihat wajah gadis itu. "Yaudah jalan sendiri," jawabnya santai.
"Bener ya?Aku udah bener-bener bosen dikamar terus."
"Jalan sendiri," kata lelaki itu cuek.
"Oke kalau gitu," alena pelan-pelan mendudukkan diri. Sebenarnya kondisinya sekarang sudah lebih baik bahkan dokter sudah menyarankan pulang tadi pagi. Tapi apalah daya memiliki 2 lelaki yang sangat protektif padanya. Dan dokter pun mengizinkan, dan diberitahu pulang besok hari.
Raiden mengamati gerak-gerik alena, sungguh gadis yang sangat keras kepala. Hanya disuruh istirahat apa susahnya?
"Ck, alena istirahat." Decak raiden berjalan menghampiri brangkar tidur gadis itu.
"Gak mau, aku mau jalan-jalan." Kata alena menyibak selimut dikaki.
"Besok lo pulang. Nurut sedikit bisa?" Tanya raiden dingin.
Alena menghembus nafas kasar. "Aku bosen, kamu enak main game, aku cenga-cengo doang dikasur!" Omel gadis itu kesal.
"Main hp gue," raiden melempar ponsel miliknya.
"Enggak, telat." Cetus alena.
Alena sudah turun dari brangkar, memegang tiang infus nya. "Aku mau jalan-jalan." Katanya dengan senyum manis.
Raiden menghembus nafas kasar, sangat keras kepala sekali. Ia berjalan mendekat pada alena dengan wajah datar.
Lalu tangan kekar lelaki itu merengkuh erat pinggang gadisnya. "Sepuluh menit." Ketusnya.
Alena mengembangkan senyum. "Oke! Tapi jangan sepuluh menit juga dong." Cebik nya.
"Naik, istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raiden. (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Gengsi dan cinta di waktu yang sama." Bagaimana rasa nya di posisi seorang Alena Darendra, menjadi satu-satu nya perempuan yang dapat berdekatan dengan Raiden si ice prince yang sayang nya nakal dan tampan? Dan dijaga dengan Raiden, sahabat kecil...