Hello🌟
•••
Happy reading.
Seusai berbincang-bincang dengan Arabella, Alena memutuskan untuk naik keatas kamarnya. Bukannya tidak mau melanjutkan acara makan malam, namun dirinya ingin beristirahat. Mungkin terlalu banyak menangis membuat kepala Alena terasa pusing.
Dimeja makan kini, Arabella sudah kembali bergabung. Mereka berbincang perihal untuk kedepannya bagaimana.
"Kalian akan segera menikah?" Tanya Askara.
"Iya," jawab Geno.
Arabella berdehem pelan. "Anak-anak kamu butuh waktu, mereka belum bisa menerima aku dengan pertemuan singkat ini. Aku mungkin butuh pendekatan dulu, biar mereka bisa mengenal aku lebih jauh, dan sebaliknya."
"Iya itu lebih baik," ucap Nadin.
Menghela nafas pelan Geno mengganguk kepala mengerti. Mungkin ini terlalu mendadak untuk anak-anaknya. "Baiklah, tetapi aku besok harus berangkat ke Singapore untuk mengurus beberapa pekerjaan yang belum selesai, hanya sebentar.
"Arabella, apakah kamu ada waktu untuk menjaga anak-anak aku?"
"Bisa, aku udah gak terlalu sibuk kok. Toko-toko aku juga udah ada banyak pegawai aku yang handle." Jawab Arabella.
Geno tersenyum hangat. "Terimakasih."
"Sama-sama mas." Ujar Bella seraya menunduk kepala.
Geno tertawa pelan mendengar nama panggilan nya dari calon istrinya. Merasa sedikit lucu saja.
°°°
Gadis dengan rambut tergerai itu sedang memoles sedikit lip blam dipermukaan bibirnya. Dibawah matanya masih terlihat kantong mata yang membengkak. Mungkin akhir-akhir ini Alena terlalu sering menangis.
Kaki beralas kaos kaki putih itu melangkah menuruni anak tangga. Alena menghembus nafas kasar semoga hari ini cuaca hatinya tidak semendung kemarin.
Dengan menarik bibir untuk tersenyum Alena menempatkan diri diatas kursi meja makan yang sudah dipenuhi oleh keluarganya.
"Alena berangkat sama Raiden?" Tanya Geno.
Dengan tangan kanan yang memasukkan sesuap sandwich Alena mengganguk kepala sebagai jawaban. "Iya, sama Raiden."
"Ayah hari ini kembali ke Singapore sebentar, mengurus semua pekerjaan Ayah."
"Kapan Ayah pulang?" Tanya Alena.
"Mungkin minggu depan, Ayah mau selesain semua pekerjaan Ayah disana. Biar nanti lebih banyak waktu di indo." Jawab Geno.
Suasana dimeja makan terasa sangat canggung sekarang. Dikarenakan Devan juga Samudra tidak ada yang membuka mulut.
Geno menghembus nafas kasar. "Sampai kapan mau diem-diem terus gini? Devan? Samudra?" Tanya Geno.
"Aku diem ya karena mau diem aja si om," jawab Samudra menggaruk kepala tidak gatal.
"Emang aku harus ngomong apa?" Saut Devan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raiden. (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Gengsi dan cinta di waktu yang sama." Bagaimana rasa nya di posisi seorang Alena Darendra, menjadi satu-satu nya perempuan yang dapat berdekatan dengan Raiden si ice prince yang sayang nya nakal dan tampan? Dan dijaga dengan Raiden, sahabat kecil...