Raiden-chapter 21

98K 10K 472
                                    

Hello♂️

•••

"Abang?" Lirih alena.

Alena berjalan pelan hendak memeluk devan namun ia tercekat mendengar nada ketus yang keluar dari mulut devan.

"Gausah teriak berisik. Jangan harap gue mau meluk lo." Kata devan ketus lalu berjalan menaiki tangga atas.

Alena menunduk kepala dengan tangan menautkan jari-jarinya. "Alena kira abang pulang mau ketemu alena. Mungkin abang ada kerjaan, mana mungkin juga mau nemuin aku." Lirih gadis itu menghapus jejak air mata membasahi dipipi.

Gadis itu menghembus nafas kasar. Lalu berjalan masuk kedalam kamar untuk membersihkan diri.

Kepergian bundanya mungkin masih membekas di hati devan. siapa yang tidak sakit jika ditinggal dengan seorang ibu? Sosok manusia berhati malaikat untuk semua anak. Kasih sayang, kehangatan, itu semua kita bisa dapat dari seorang ibu. Semua itu azine berikan pada anak-anaknya. Azine adalah sosok ibu yang tak pernah membentak atau kasar pada anak-anaknya, sama seperti geno suaminya juga tak pernah kasar pada azine dan anak-anaknya.

Bagi orang tua, anak itu seperti berlian yang harus dijaga. Mereka rela bertukar posisi jika sang anak sedang sakit. Mereka rela melakukan apapun bahkan nyawa mereka menjadi taruhan. Azine dan geno adalah orang tua terbaik bagi Devan dan alena. Namun sayang, Tuhan sang pencipta lebih menyayangi azine lalu semesta membawanya kembali pada sang pencipta.

Bukan hanya devan yang terpuruk atas kepergian sang bunda.

Alena lebih merasakan sakit. Apalagi rasa bersalah yang selalu menghantuinya. Bentakan devan sewaktu dulu masih tergiang-ngiang dalam pikirannya. Bentakan itu selalu muncul sebagai mimpi buruk alena.

"LO YANG BIKIN BUNDA PERGI ALENA!"

"KENAPA BUNDA? KENAPA GAK LO AJA!"

"ARGH!"

"GUE BENCI LO ALENA!"

"Bunda...," Lirih alena menarik kuat rambutnya.

Didalam kamar alena meringkuk diatas lantai ia menangis sejadi-jadinya dalam diam, agar devan tak mendengar tangis pedih itu.

"Ke-napa bang devan jahat bu-nda? dulu bang devan eng-gak gitu," ucap alena serak terisak dalam tangis.

"Kalo bisa ganti posisi, alena mau. Alena yang pergi jangan bunda!" Racau alena semakin kuat menarik rambutnya.

"Hiks...hiks, bunda..., alena mau bunda! alena mau bunda!" Racau alena semakin terisak kuat.

"Alena mau dipeluk sama bunda lagi. Alena mau bunda! arghh!" Alena mengacak rambut kasar. Nafas gadis itu memburu dengan mata merah sembab.

Alena mengusap air mata kasar, ia berjalan pelan menuju balkon kamar. Gadis itu mencoba menenangkan diri dengan melihat bundanya melalui bintang, benda langit yang sangat indah. Sama seperti bundanya.

"Selamat datang bintang."

"Sinarmu sudah menerangi langit malam indahku."

Raiden. (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang