Raiden-chapter 43

72K 8.6K 866
                                    

Hello🌠

Happy reading!

•••

Raiden membantu Alena turun dari motor, wajah Alena masih pucat dengan tangan bergetar. Merangkul bahu gadis itu lalu masuk kedalam rumah.

Kaki Raiden melangkah masuk, di dalam rumah ternyata ada Geno dan Devan sedang berbincang. Alena melingkarkan tangan diperut Raiden menenggelamkan wajah didada bidang lelaki itu.

"Jangan takut," bisik Raiden mengusap kepala Alena.

Geno menghampiri keduanya dengan langkah tegas. "Alena kenapa?" Pria itu masih menggunakan pakaian kantor, karena baru saja flight dari singapura.

Devan beranjak dari duduk melangkah kearah sang adik. "Kenapa?" tanya Devan datar pada Raiden.

"Kendra," jawab Raiden seadanya.

"Sialan." Desis Devan.

Geno menaikkan alis satu, siapa Kendra yang disebut dengan Raiden. Dan tampaknya Devan mengenal siapa Kendra itu.

"Bawa ke atas, buat Alena tenang dulu," ucap Devan merasa tak tega, apa yang Kendra lakukan dengan Alena sampai ketakutan seperti itu. Dan hanya mau bersama Raiden.

Raiden membawa Alena keatas bersama bi Marti untuk membantu Alena bersih-bersih. Raiden menunggu diluar sekitaran 25 menit menunggu Alena selesai membersihkan diri.

Raiden masuk kedalam kamar Alena, gadis itu duduk dipinggir kasur dengan baju tidur setelan bergambar unicorn. "Raiden," panggilnya lirih.

"Kenapa?" tanya Raiden lembut, Alena bergeser membiarkan Raiden duduk disampingnya.

"Jangan takut, ada gue." Raiden membawa Alena dalam dekapnya.

"Achan gak papa?" Alena mendogak kepala menatap Raiden.

Raiden mengusap kepala gadis nya lembut. "Achan dirumah sakit, gue belum dapat kabar dari anak-anak."

Alena tersenyum miris, Achan masuk kedalam rumah sakit karena nya pasti kan?

Kapan berhenti nyusahin orang Alena? Batin Alena lirih.

"Istirahat," ucap Raiden lembut.

Alena melepas pelukan membenarkan letak bantal lalu merebahkan diri menutup selimut hingga batas dada. "Gue tunggu sampai lo tidur nyenyak."

Alena tersenyum tipis mulai memejamkan kedua mata, bayang-bayang Kendra kembali menghantui pikirannya. Alena memaksa untuk tidur agar Raiden cepat keluar dari kamarnya. Alena paham lelaki itu pasti lelah.

Merasa Alena sudah larut dalam tidur Raiden mengusap dahi Alena lalu ia cium cukup lama, menghantar kehangatan agar Alena nyaman dalam tidurnya.

Setelah dahi ciuman itu turun menyapa kedua pipi Alena, dalam kondisi mata terpejam meski tidak sepenuhnya tertidur, Alena merasakan sensasi panas menyembur pipinya.

Suara pintu tertutup pertanda Raiden keluar dari kamarnya, Alena mulai membuka kedua mata, lalu menghembus nafas lelah. Ya, ia lelah untuk hari ini, sudah banyak orang yang ia seret menjadi korban beban hidupnya.

Raiden. (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang