CHAPTER 41

185 22 3
                                    

I miss my childhood where I could laugh out loud without thinking how hard my heart was beating
~Chintya~

HAPPY READING🤗

~ - ~ - ~

“Tangan gue kenapa sih? Dapet angka kecil mulu dari tadi.”

“Enam dong! Enam!”

“Tidak semudah itu anak muda! Lo berdua kalah nih pasti.”

“NAH KAN KITA YANG MENANG!” seru Dika dan Alka ketika berhasil mengalahkan Zio dan Rehan.

Malam sudah larut dan sebagian besar penghuni vila sudah tidur. Namun tidak dengan keempat laki-laki ini yang memang dasarnya punya jiwa-jiwa kelelawar. Di jam seperti ini, mereka malah memilih bermain ludo.

“Sesuai kesepakatan, yang kalah harus ambilin camilan tambahan di bawah. Cepetan sana!” titah Dika dengan tampang songongnya.

Zio dan Rehan mendengus kesal. Dika kalau urusan songong emang paling unggul. Mukanya itu loh. Ngeselin banget.

Keduanya keluar dari kamar menuju ke bawah. Ternyata bukan hanya mereka yang masih sadar di jam seperti ini. Ada Zoya yang sepertinya tengah menonton film di ruang tengah.

“Belum tidur, Na?” tanya Zio mengalihkan atensi Zoya yang sebelumnya terarah ke layar televisi.

“Yana nggak bisa tidur.”

Zio dan Rehan pun membiarkannya dan melanjutkan tujuan mereka ke dapur. Setelah mengambil cukup banyak camilan, Zio dan Rehan pun memutuskan untuk kembali ke atas.

Namun saat hendak melewati ruang tengah, Zio memperhatikan Zoya yang sepertinya tidak fokus dengan film yang ditayangkan. Gadis itu malah menatap sendu ponselnya. Entah apa yang gadis itu pikirkan.

Zio memberi isyarat untuk Rehan berjalan duluan sementara ia memutuskan untuk menghampiri adiknya itu. Semakin dekat, Zio melihat bahwa bukan layar handphone yang diperhatikan gadis itu, melainkan case-nya.

“Case hp kamu bagus. Ini yang couple-an sama Revan kan? Kenapa diliatin terus kayak gitu?” tanya Zio.

Zoya mengalihkan pandangannya ke depan dengan wajah yang masih terlihat sendu, “Nggak apa-apa.”

Zio mendengus. Adiknya ini suka sekali menyembunyikan sesuatu. Ia pun memilih duduk di samping Zoya dan menarik kepala gadis itu untuk bersandar di bahunya.

“Tadi Revan mau pulang duluan katanya ada urusan penting. Urusan apaan emangnya?” tanya Zio sambil mengelus lembut rambut adiknya itu.

Zoya mengeratkan genggaman pada ponselnya. Gerakannya itu tentu tertangkap oleh penglihatan Zio.

“Katanya Airin sakit,” singkat Zoya.

Jika ia mengatakan bahwa Chintya lah yang sakit, maka rahasia yang Chintya percayakan kepada mereka akan terbongkar dan Zio pasti akan marah besar kepada Revan.

Zio pun tidak bertanya lagi. Mungkin ini memang privasi dalam hubungan adiknya. Ia yakin Zoya akan berbagi cerita dengannya nanti.

“Loh kok anak-anak mami belum tidur?”

Tari datang dengan muka bantalnya. Ia haus dan ingin minum sebelum melanjutkan tidurnya. Tapi saat hendak mengambil air di dapur, ia malah mendapati anak-anaknya sedang menonton film di ruang tengah. Wanita itu pun memilih menghampiri putra putrinya.

“Biasalah, mi. Ada yang galau gara-gara ditinggal pulang duluan sama si mas pacar,” lekeh Zio.

Ucapan Zio itu pun mendapat hadiah cubitan gemas dari Zoya. Tari terkekeh gemas dan memilih duduk di samping Zoya sambil mengelus lembut rambut panjang putrinya.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang