CHAPTER 10

4.9K 170 1
                                    

Happy reading (っ´▽')っ

~ - ~ - ~

Hari demi hari berlalu. Waktu yang terus berjalan pun mengembangkan sebuah hubungan yang awalnya tak terjalin menjadi lebih dekat. Begitu pula dengan Revan dan Zoya yang semakin dekat sejak 4 hari yang lalu ketika mereka pulang dari puncak. Banyak hal yang Revan ketahui selama mengenal Zoya. Mulai dari makanan favorit, warna favorit, hobi, dan cara gadis itu melampiaskan emosinya. Tentu saja itu semua tidak keluar sendiri dari mulut Zoya. Melainkan dari hasil pengamatan Revan sendiri. Aneh memang, tapi cowok itu selalu memperhatikan gerak-geriknya.

"Guys, kita freeclass!" seru Arya yang baru pulang dari ruang guru.

Seisi kelas bersorak ria karena terbebas dari pelajaran yang memuakan. Para siswi mulai menyusun meja dan kursi untuk bergosip. Sedangkan para siswa mengeluarkan ponsel mereka masing-masing untuk bermain game. Ada pula yang asik bernyanyi dengan iringan gitar.

Twins somplak? Mereka sudah bermain di alam mimpi. Revan sibuk dengan game di ponselnya. Sedangkan Zoya melamun sambil menatap ke luar jendela.

Sudah 4 hari, dia jarang berbicara dengan Zio karena kakaknya itu tengah sibuk menghadapi ujian. Bosan? Tentu saja.

Suasana di kelasnya membuat Zoya jenuh. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Revan yang melihat itupun tau kemana gadis itu akan pergi.

Ya, selama 4 hari ini Revan selalu memperhatikan gadis itu. Dia tau betul tempat favorit Zoya untuk melepas kebosanan. Di mana lagi kalau bukan rooftop?

Revan membiarkannya pergi sendiri. Tapi hati kecilnya seolah ingin mengikuti Zoya. Akhirnya Revan pasrah dan mengikuti Zoya dari belakang.

Sesampainya di rooftop, Revan tidak langsung menghampiri Zoya. Dia masih ingin mengamati apa yang akan dilakukan gadis itu.

Zoya duduk di bangku panjang sambil menatap langit biru yang begitu indah. Angin menerpa wajahnya. Rambutnya yang dicepol kuda seolah memberontak ingin dilepas. Sementara rambut-rambut kecil yang nakal mengusik penglihatan gadis itu.

Revan melangkah menghampiri Zoya yang duduk membelakanginya. Tangannya yang semula menyembunyikan diri di dalam saku celananya seolah tergoda untuk menarik pita rambut yang menyandera rambut Zoya. Dengan satu tarikan dan Revan tersenyum puas melihat rambut Zoya beterbangan.

Zoya berdecak sebal, "Ngapain sih, lo? Rambut gue berantakan jadinya." Dia tau betul siapa yang berani mengusiknya. Siapa lagi kalau bukan Revan?

Revan duduk di samping Zoya dengan senyum yang tak pernah lepas, "Rambut lo punya hak untuk bebas. Jangan terlalu dikekang."

"Kan hak gue mau ngikat rambut atau enggak," sewot Zoya.

"Berarti gue disini sebagai pahlawan buat rambut lo karena udah dibebasin."

"Au ah! Kesel gue kelamaan ngomong sama lo."

Setelah perdebatan unfaedah itu, mereka sama-sama tidak mengeluarkan suara. Hanya suara lalu lintas dari bawah yang mewarnai kesunyian antara mereka.

1 menit

5 menit

10 menit

15 menit

20 menit

Bukk

Revan kaget ketika kepala Zoya tersandar di bahunya. Sepertinya gadis itu mengantuk. Bagaimana tidak? Angin yang berhembus di rooftop memang selalu menarik manusia ke alam mimpi.

Revan melirik wajah polos yang sedang tertidur di pundaknya. Iris kehitamannya menelusuri tiap inci wajah gadis itu dan berhenti pada bibir mungilnya. Salah satu tangannya terangkat menahan dagu Zoya. Matanya tak lepas dari bibir gadis itu.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang