CHAPTER 47

197 16 2
                                    

Hayhayhayyyyyyyyy😋
Pakabar kalian??
Kali ini aku bawain chapter spesial loh😱
Kenapa spesial?
Baca aja sampai abis yah
Ada pengumuman penting di bawah
Udahan bacotnya, intinya....

Happy Reading!!!

~ - ~ - ~

Chintya tersenyum miris melihat Revan yang terlihat bahagia menyanyikan lagu untuk Zoya di depan sana.

'Gimana bisa gue ngehancurin hubungan kalian, Van? Apa gue mati aja ya?' batin Chintya.

"Are you ready?" bisik seseorang yang sangat dibenci Chintya.

Gadis itu mengepalkan tangannya. Ia benci mengakuinya, tapi orang inilah yang membuatnya semakin semangat untuk mengakhiri hidupnya jika saja Chintya tidak mengingat ibunya.

"Lo bisa berhenti nggak sih?" tanya Chintya lirih.

Entah harus bagaimana lagi ia menghentikan laki-laki ini. Ia benci ketika laki-laki ramah yang dulu sempat menjadi sepupunya itu kini berubah menjadi monster hanya karena sebuah dendam. Chintya tidak munafik. Jika ia ada di posisi laki-laki itu mungkin ia akan melakukan hal yang sama. Hanya saja, Chintya tidak akan memanfaatkan orang lain. Melibatkan orang lain dalam sebuah dendam rasanya terlalu kejam dan gadis itu masih memiliki perasaan untuk melakukan itu.

Laki-laki itu menatap mata Chintya sejenak, lalu mendekat dan berbisik, "Gue udah terlalu jauh untuk berhenti."

Chintya masih bisa melihat senyuman miringnya sebelum laki-laki itu menjauh dan dengan sengaja menyenggol bahunya dengan cukup keras. Chintya yang tidak siap pun terhuyung ke belakang. Sayangnya, ia malah terpeleset dan akhirnya jatuh ke dalam kolam.

"CHINTYA!!!" pekik beberapa orang yang melihat Chintya tercebur ke dalam kolam.

Sontak pekikan itu mengagetkan pasangan yang baru saja melangsungkan pertunangan di depan sana. Revan yang melihat itupun secara refleks berlari tanpa melihat respon Zoya lagi.

Tanpa aba-aba, Revan langsung saja menceburkan diri ke dalam kolam dan mencoba meraih tubuh Chintya yang melemah di dalam sana. Pikirannya buntu. Yang ia tahu sekarang, gadis itu membutuhkannya.

Dengan segera, ia menaikkan tubuh ringkih yang sudah tak sadarkan diri itu ke tepi kolam. Tanpa pikir panjang, ia langsung memberikan napas buatan untuk Chintya. Kejadian itu tak luput dari pandangan para tamu undangan dan tentunya teman-temannya.

"Tya, bangun please. Gue mohon," pinta Revan sambil terus mencoba memberi napas buatan tanpa menyadari pandangan terluka dari seseorang.

"Uhukkk uhukk"

Chintya berhasil sadar, namun keadaannya masih sangat lemah. Entah ini efek dari penyakitnya atau apa. Tubuhnya seolah tak mampu bergerak sedikitpun.

Tiba-tiba saja Revan merasa tubuhnya ditarik secara kasar untuk bangkit dan meninggalkan kerumunan itu.

"Urus dia!" titah Zio kepada teman-temannya sambil mengarahkan pandangannya ke arah Chintya.

Dengan kasar, Zio menarik Revan ke arah taman samping rumah.

Bugh

"BEGO LO BANGSAT!"

Bugh

"LO SADAR NGGAK, HAH?? LO BARU AJA NYAKITIN ZOYA, ANJING!!!"

Revan yang mendengar nama itupun seketika tersadar. Bodoh sekali dirinya. Dia baru saja menyakiti gadisnya lagi. Revan membiarkan Zio memukulnya bertubi-tubi. Dia memang pantas untuk itu.

Zio mencengkeram kerah baju Revan dengan tatapan penuh amarah, namun seketika mata tajam itu mulai berair.

"Dia udah serahin hatinya sama lo dan dengan gampangnya lo sakitin dia di depan kita semua. Lo mikirin dia nggak?! Nyesel gue pernah percayain adek gue sama lo, Van."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang