Aku tak berjanji untuk menghapus jejaknya yang sudah terukir
dengan tinta permanen dalam pikiranmu,
tapi kan ku bawa kembali
senyumanmu yang pernah hilang karenanya.
~Revano Fernando Aditama~"Cewek es kayak lo ternyata bisa kedinginan juga, ya?" sahut seseorang dari belakang membuat Zoya menoleh sebentar, lalu berbalik kembali.
Ternyata di sana sudah ada Revan. Tangan kanannya memegang sebuah selimut dan tangan kirinya membawa secangkir teh jahe.
Revan beranjak dari tempatnya berdiri, lalu duduk di samping Zoya. Dia meraih tangan kanan Zoya tanpa persetujuan dan menyerahkan cangkir yang berisi teh jahe.
Revan hendak memakaikan selimut yang tadi dia bawa untuk gadis itu. Namun Zoya mencegahnya, "Nggak perlu."
"Nggak usah gengsi. Gue tau lo kedinginan."
Akhirnya Zoya hanya pasrah ketika Revan menyampirkan selimut itu menutupi sebagian tubuhnya.
Mereka pun hanya diam beberapa saat sibuk dengan pikiran masing-masing. Zoya menyeruput tehnya dan membiarkan kehangatan itu merambat masuk ke dalam setiap inci tubuhnya. Revan yang meliriknya dari ekor matanya tanpa sadar tersenyum tipis.
Keheningan pun tercipta.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
"Thanks." kata Zoya memecah keheningan.
Revan yang terkejut pun menatap gadis itu sambil mengernyit bingung, "Untuk apa?"
Zoya menatap lurus manik mata Revan, "Thanks udah nolongin gue beberapa hari ini. Pas gue tenggelam, pas gue telat, pas gue pingsan, pas di mobil dan sekarang pas gue kedinginan."
Revan terkekeh mendengar Zoya mengucapkan sebuah kalimat yang lebih dari 4 kata. Inilah kalimat terpanjang yang pernah Revan dengar dari gadis itu.
"Berarti gue udah termasuk temen lo, kan?" tanya Revan masih dengan menatap manik mata kecoklatan milik Zoya.
Zoya mengalihkan tatapannya dari Revan dan menatap langit malam yang ditaburi bintang bertebaran.
"Maybe yes." singkat Zoya.
"Berarti nggak berlebihan kan, kalo gue minta hadiah dari lo atas perbuatan baik gue beberapa hari ini?"
Zoya mengernyit, lalu kembali menatap Revan, "Hadiah apa?"
"Senyuman tulus dari lo."
Entah kenapa, ketika Revan menyebutkan 4 kata itu rasanya ada sesuatu yang berdesir dalam tubuh Zoya. Kaget? Tentu saja.
"Yang gue liat dari lo selama ini cuman fake smile atau senyuman tipis. Nggak ada yang bener-bener keliatan tulus dari senyum lo itu." lanjut Revan sambil menunjuk bibir Zoya.
Mereka berdua terdiam tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka. Mereka seolah tenggelam dalam tatapan satu sama lain.
Zoya lebih dulu memutus kontak mata itu dan menatap lurus ke depan ketika berkata, "Kenapa gue harus turutin permintaan lo?"
"Karena setiap orang punya hak untuk nunjukin kebahagiaannya lewat senyuman."
Zoya tersenyum miris dan kembali menatap Revan, "Kalo gue nggak ngerasa bahagia gimana?"
"Lo juga punya hak buat nangis."
Zoya tersenyum tipis. Sangat tipis, namun Revan masih bisa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Princess
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! ~ - ~ - ~ Cinta Persahabatan Keluarga Semuanya adalah permainan yang kini ada di depan mata seorang gadis belia yang punya tawa secerah mentari, namun pernah hilang karena kalah dalam pe...