CHAPTER 30

2.7K 104 11
                                    

Give me a smile, and I'll make sure your sweet smile will last forever

-Revano-

Happy Reading

###

Suasana dalam ruangan itu terasa menegangkan. Tak ada suara yang terdengar selama hampir lima belas menit. Aura mencekam menyelimuti mereka bertiga. Si korban yang merasa terintimidasi pun bergerak gelisah di tempatnya.

Zoya dengan tampang datarnya hanya duduk bersandar dengan kedua tangan disilangkan di depan dada. Mata tajamnya seolah menguliti gadis yang duduk gelisah di hadapannya.

Revan yang merasa kasihan dengan si korban pun memilih untuk membuka suara sebelum gadis itu pingsan di tempat, "Jadi, ada yang mau lo jelasin?"

"Seperti yang lo liat. Gue mau ngelamar kerja disini," jawab gadis itu dengan tenang.

"Seorang Chintya Aurora? Ngelamar kerja jadi pelayan Cafe? Ada apa sama lo?" heran Revan.

Ya! Cewek yang membuat Revan dan Zoya terkejut adalah Chintya.

"Lo tau kan, bokap nyokap gue udah cerai. Otomatis gue harus bantu nyokap gue nyari uang buat kami hidup."

"Terus 'selingkuhan' lo kemana? Rio kan namanya?" sindir Revan. Cowok itu memang terkesan ramah terhadap semua orang, tapi kalau sudah menyangkut orang-orang terdekatnya, jangan harap akan ada kata ramah dalam ucapannya.

"Lo nggak bisa nyimpulin semuanya sendiri, Van. Gue kayak gini juga ada alasannya. Gue bisa aja kasih tau kalian alasannya. Tapi-"

"Tapi apa?" potong Zoya.

"Gue......"

###

Sepasang anak adam dan hawa itu terdiam dalam mobil setelah mendengar langsung alasan Chintya tadi. Keduanya tampak termenung membayangkan kemungkinan apa yang akan terjadi nanti.

"Jadi....."

"Jangan kasih tau Zio," potong Zoya.

Zoya dan Revan saling menatap dengan tatapan yang tak bisa diartikan satu sama lain.

"Tapi dia berhak tau, Zoy."

"Untuk apa?! Untuk bikin dia terpuruk? Adek mana sih Van yang bakal biarin kakaknya bertahan sama orang yang bisa ninggalin dia kapan aja? Bahkan Chintya nggak bisa ngasih kita kepastian."

Gadis itu kini benar-benar emosional. Kakaknya adalah sosok yang sangat dia sayang. Cukup dia yang hancur karena berharap. Jangan kakaknya.

"Tapi kalau gini terus, Zio bakal terus-terusan salah paham sama Chintya." Revan tetap mempertahankan pendapatnya. Bagaimanapun juga, semuanya harus jelas sebelum masalah ini semakin besar.

"Tapi aku nggak mau dia tersiksa, Van. Chintya aja nggak mau kita kasih tau dia."

"Tap-"

"Jalanin mobilnya. Aku males bahas ini." Gadis itu cukup lelah hari ini. Dia tidak mau mengakhiri harinya dengan pertengkaran.

Melihat Zoya yang terlihat ngambek pun membuat Revan terpancing emosi, "Kok jadinya kamu yang marah?"

"Van! Stop bahas ini. Aku capek. Kalau kamu nggak jalanin mobilnya, mending aku pulang naik taksi!"

Melihat Zoya yang sudah mengambil ancang-ancang untuk membuka pintu mobil, Revan segera mengunci mobil dan menyalakan mesin.

"Oke, kita pulang!"

Dalam perjalanan tidak ada satupun diantara keduanya yang memulai pembicaraan. Emosi masih setia menguasai keduanya. Untuk saling meminta maaf saja enggan.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang