CHAPTER 36

443 28 2
                                    

Ada yang rindu?
Nggak ada? Yaudahlah 😌
Intinya aku rinduuuuuu kalian🤗

Happy Reading

~ - ~ - ~

Senyuman tak pernah hilang dari ruangan itu. Seperti yang bisa kalian tebak, AHS kembali membawa pulang piala dengan penuh kebanggaan. Tim Zoya pun berhasil memperoleh kemenangan mutlak dengan usaha yang tidak main-main di babak final. Saling mengejar skor ditutup dengan kecekatan dan ketepatan mereka menjawab soal terakhir yang hampir mengecoh mereka. Sebagai hadiah, sekolah memberikan mereka kesempatan untuk merayakannya di sebuah restoran mewah. 

Sedari tadi pun Zoya sibuk menjawab ucapan selamat dari banyak orang termasuk keluarganya yang baru saja melakukan panggilan video.

Revan? Zoya sudah bertanya pada Ryan lima belas menit yang lalu dan katanya cowok itu sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Pantas saja, nomor cowok itu tidak aktif.

Zoya menghela napas melihat makanan yang tersaji di hadapannya. Entah kenapa ia merasa tidak bernapsu untuk makan. Bahkan milkshake coklat yang biasanya akan meningkatkan mood-nya kini tampak tak menarik. Padahal yang lainnya sudah mulai menyantap makanan masing-masing.

"Zoy, jangan diemin makanannya. Ntar dingin." Teguran Thea itu membuat perhatian Fino yang duduk di samping kedua gadis itupun teralih. 

Meskipun yang lain sibuk dengan percakapan dan makanan masing-masing, tapi Fino tetap bisa mendengarkan kedua gadis itu karena memang posisinya tepat di samping Zoya.. 

Zoya berdeham, "Emmm gue ke toilet bentar."

Gadis itupun mulai berdiri dan hendak beranjak menuju toilet namun terhenti ketika tangannya di tahan oleh seseorang. Dan saat gadis itu berbalik, ternyata Fino lah yang menahan tangannya.

Cowok itu ikut berdiri dan meraih jasnya dari kursi. Zoya diam saja ketika jas itu dilingkarkan di pinggangnya sampai ketika bisikan Fino membuatnya terpaku.

"Kehilangan napsu makan bahkan untuk coklat sekalipun waktu datang bulan. I still remember that."

Apa dia tembus? Astaga! Bahkan Zoya tidak menyadari bahwa ia sedang menstruasi.

Fino meraih tangan gadis itu dan membawanya menuju Bu Lena.

"Bu, Zoya sakit. Saya ijin nganterin Zoya pulang ke hotel."

Bu Lena yang awalnya sedang berbincang dengan teman sesama guru pun mengalihkan perhatiannya ke arah kedua murid kebanggaannya itu.

"Zoya sakit? Yaudah kalau gitu ibu panggilin taksi ya?"

"Nggak perlu bu. Anak buah papa saya bakal dateng jemput kita," balas Fino dengan senyum ramahnya. Anak buah papanya memang selalu memantaunya dari jauh dan akan berguna jika Fino membutuhkannya.

"Oh, yaudah kalau gitu hati-hati yah."

Keduanya pun keluar dari restoran sambil Fino menghubungi anak buah papanya. Selama itu pula Zoya hanya diam dengan tangan yang masih digenggam lelaki itu. Jujur saja, gadis itu bingung harus melakukan apa.

Orang suruhan papa Fino datang membawakan mereka sebuah mobil dan menyerahkan kunci mobil untuk dibawa Fino atas perintah cowok itu sendiri.

Saat sudah di dalam mobil, Fino menoleh ke samping dan menyadari bahwa Zoya duduk dengan tidak nyaman dan bahkan belum mengenakan sabuk pengamannya. Cowok itu menggelengkan kepala mengingat kebiasaan gadis itu yang bahkan belum berubah. Memang banyak yang berubah dari Zoya namun hal-hal kecil seperti ini rasanya takkan mampu diubah. 

Dengan perlahan, Fino bergerak mendekatinya. Ketika tangan kekarnya berhasil meraih sabuk pengaman di sebelah gadis itu, barulah Zoya tersadar dan otomatis pandangannya bertubrukan dengan Fino.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang