CHAPTER 32

1.6K 78 2
                                    

Mungkin ini udah telat banget, tapi....
Aku mau ngucapin makasih banyak buat lebih dari 100K viewers MIP yang udah setia sama cerita absurd aku
Aku nggak nyangka cerita yang didasarkan keisengan ini bisa sampai sini 
Dan itu semua karena dukungan kalian yang selalu ada buat aku
So, daripada lama-lama, langsung ajaaaa

Happy Reading ~_^

~ - ~ - ~

Revan melajukan motornya sambil sesekali melirik wajah cemberut gadisnya. Tanpa sadar seulas senyum terukir di bibirnya karena melihat wajah Zoya yang ceritanya sedang 'ngambek' itu. Entah kenapa, wajahnya sangat imut sehingga membuat Revan gemas sendiri melihatnya.

Harusnya sore ini, Revan mengantar Zoya ke sekolah untuk bimbingan akhir sebelum berangkat untuk mengikuti olimpiade di Malang lusa nanti. Tapi cowok itu malah membawa Zoya kearah yang berbeda dengan sekolah dan dengan entengnya mengatakan, "Hari ini kita ke mall. Sehari nggak ikut bimbingan nggak akan bikin kamu kalah di olimpiade nanti."

Hal itulah yang membuat Zoya kesal setengah mati dengannya hingga mendiamkan Revan sejak tadi. Bagaimana kalau ada informasi tambahan dari Bu Lena? Bagaimana kalau ada rumus baru yang harus segera dihapalkan? Bagaimana kalau ada hal penting yang harus Zoya ketahui sebelum berangkat?

Pertanyaan itulah yang sejak tadi berputar di kepala gadis itu. Dia bisa saja bertanya pada Thea, namun Thea jarang menggunakan handphone-nya dengan alasan ingin fokus belajar. Sedangkan Fino? Memikirkan rencana bertanya pada cowok itu saja membuat Zoya muak.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Revan mengajak Zoya ke mall. Hanya saja dia tidak tega membiarkan gadis itu terlalu memforsir tenaganya untuk olimpiade itu. Revan tau gadis itu butuh refreshing. Ayolah! Dari pagi sampai pagi lagi hanya Zoya habiskan bersama rumus dan soal matematika. Tidak mungkin gadis itu tidak lelah. Lagipula lusa Zoya sudah berangkat. Membolos sehari saja tidak apa-apa kan?

"Jangan dimanyunin terus tuh bibir. Minta dicium?"

Zoya berdecak sebal dan malah menyandarkan keningnya di punggung Revan. Dia berusaha mengingat kembali rumus-rumus yang kini berputar dalam bayang-bayang. Semoga saja rumus-rumus sialan itu tidak hilang hanya karena sehari bolos bimbingan.

Sedangkan Revan mengulurkan tangan kirinya dan mengusap lembut kedua tangan gadis itu yang melingkar di pinggangnya, berusaha menyalurkan ketenangan untuk Zoya.

Tak lama kemudian, keduanya memasuki kawasan mall. Revan memarkirkan motornya dengan mulus di tempat parkir. 

"Van, balik aja yuk," rengek Zoya.

Revan merangkul bahu Zoya memasuki mall, "Come on, Princess. It will be fun. Oke?" Banyak yang memperhatikan mereka, namun keduanya tetap tak peduli. 

"Mau kemana dulu? Makan? Timezone? atau bioskop atau apa?" tanya Revan.

"Makan cake coklat?" tanya Zoya dengan mata berbinar.

"Anything for you, Princess. Let's go!"

Keduanya menghampiri sebuah cafe dan memesan cake coklat yang terlihat sangat lezat. Melihat Zoya yang makan dengan lahap membuat Revan merasa tenang. Setidaknya gadis itu tidak ngambek lagi. 

"Makannya pelan-pelan, sayang."

Zoya mengangkat wajahnya dengan pipi yang menggembung lucu, "Aku masih marah, kalau kamu lupa."

"Lah? Belum dimaafin?"

"Ya belum lah! Enak aja!"

Revan menghela napas pasrah, "Okey, mau main teka-teki nggak? Kalau kamu menang, aku antar pulang dan kamu bisa pacaran  sama rumus matematika lagi."

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang