CHAPTER 15

4.2K 153 6
                                    

Bintang yang menyinari lo di malah hari bisa tertutup oleh awan. Tapi cahaya dari mata gue akan selalu menemani lo tanpa ketutup apapun.
~Revano~

Zoya memutar bola matanya malas. Entah berapa lama lagi cowok di hadapannya ini akan menguras waktunya hanya untuk ditatap secara intens. Memangnya dia manekin?

"Kalau lo cuman mau ngabisin waktu gue buat diliatin, sekalian aja gue dimasukin museum," ketus Zoya.

"Maaf," ucap Fino.

Ya, orang yang mengajaknya bicara sekarang adalah Fino. Zoya, Revan dan Fino sudah keluar dari bioskop 15 menit yang lalu karena Fino bersikeras ingin bicara empat mata dengan Zoya.

Tentu saja Revan tidak mau membiarkan cowok brengsek itu bicara dengan Zoya. Tapi Zoya berhasil meyakinkan Revan. Dan disinilah mereka berdua, di depan sebuah kafe dalam mall dan diawasi oleh Revan dari jauh.

Sungguh Revan benci melihat pemandangan itu. Dia sendirian, dan pacarnya 'dipinjam' sebentar oleh Fino? Ingin rasanya kepalan tangannya menyentuh rahang cowok itu jika saja gadis itu tidak menahannya.

Dalam hati Revan berpikir, apa Zoya masih menyisakan sedikit perasaan pada Fino? Jika iya, maka Revanlah yang akan memastikan bahwa bedebah itu tidak akan menyakiti gadisnya lagi.

"Maaf buat apa?" tanya Zoya dengan alis yang terangkat satu dan tak lupa nada super dinginnya.

"Semuanya," jawab Fino.

Zoya mulai tidak mengerti dengan cowok di depannya ini. Apa maksudnya itu? Minta maaf? Setelah sekian lama dan dia baru saja minta maaf? Apalagi dengan pertemuan pertama yang diwarnai ejekan dan tatapan remeh darinya.

"Gue minta maaf buat semuanya. Buat perlakuan gue sama lo waktu kita masih SMP dan buat ejekan waktu kita balapan. Gue nyesel dan gue mau minta maaf untuk itu."

Zoya terkekeh mendengar penuturan Fino, "Gampang banget ya, hidup lo. Lo pikir dengan ngucapin kata 'minta' dan 'maaf' bisa buat ngehapus kenangan bodoh yang udah bertahun-tahun? Sorry, Fin! Hati gue nggak bakal utuh lagi hanya dengan dua kata!"

"Itulah alasannya kenapa gue mau minta maaf sama lo. Gue mohon, Zoy. Kasih gue kesempatan sekali aja. Kalau bukan sebagai orang yang berharga bagi lo kayak dulu, tolong jadiin gue sahabat lo. Gue mohon," ucap Fino dengan tatapan memelas.

"Jangan harap semuanya bakal semudah itu, Fin! Okay gue maafin lo. Tapi lo nggak akan bisa masuk daftar sahabat gue."

"Kalau gue bisa buktiin bahwa gue pantas jadi sahabat lo gimana? Gue janji, gue bakal berusaha."

"Terserah lo mau usaha atau nggak. Gue nggak peduli!" Zoya pun bangkit dari bangkunya dan berjalan menghampiri Revan yang sudah menunggunya.

Revan yang melihat Zoya menghampirinya pun merangkul gadis itu untuk pergi dari situ. Dan anehnya, Zoya tidak menolak.

Dalam hatinya, Revan tau betul kalau batin gadis itu sedang berkecamuk. Entah berapa banyak sumpah serapah yang ditujukan batin Revan kepada Fino. Berani-beraninya cowok itu mengusik kencan pertamanya dan malah membuat Zoya badmood.

Tangannya yang tidak merangkul Zoya terkepal kuat. Tapi dia tidak akan menghajar Fino. Ada hal yang harus dia lakukan yang tentunya lebih penting dari menghajar Fino.

Ya, dia harus menghibur gadisnya.

~ - ~ - ~

"Ngapain kita kesini?" tanya Zoya kebingungan karena Revan membawanya ke sebuah toko boneka.

"Kata Zio lo suka boneka," jawab Revan.

"Terus?"

"Gue mau balikin mood tuan putri gue yang lagi turun drastis."

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang