CHAPTER 3

6.8K 234 1
                                    

  Sehangat apapun sesuatu, cepat atau lambat dia bakal kehilangan panasnya. Dan akan berubah dingin dalam sekejap. 
~Zoyana Felishia Athala~

Zoya membuka matanya perlahan dan menatap sekeliling sambil mengunpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi. Ia menyadari bahwa sekarang ia tidak berada di kamarnya.

Kali ini ia berada di dalam sebuah kamar bernuansa hitam dan putih dan dihiasi action vigur superhero dan beberapa barang seperti gitar, kumpulan DVD dan beberapa koleksi jam tangan yang berjejer rapi dalam sebuah kotak kaca.

Ia menatap seragam yang masih menempel di tubuhnya. Zoya ingat kalau tadi ia bersama dengan Revan karena kepalanya agak sakit dan sedikit demam.

Lalu sekarang dia dimana?  Zoya yakin ia sedang tidak dirumahnya. Dugaannya terbukti benar dengan kedatangan Revan sambil membawa  semangkuk sup dan secangkir teh hijau di ambang pintu.

"Lo udah bangun?" Zoya mengernyit bingung. Bagaimana dia bisa ada di rumah Revan? Bahkan tertidur di kamarnya?

Revan yang mengerti dengan raut wajah bingung dari Zoya langsung menghampiri gadis itu dan menyerahkan semangkuk sup keatas pangkuan gadis itu.  Dan secangkir teh hijau ia letakan di nakas samping tempat tidurnya. Dia sendiri beranjak duduk di sofa kamarnya.

"Bonyok lo lagi ke Paris. Sedangkan Zio lagi nyiapin motor yang bakal lo pake ntar malem. Dia nggak mau ngasih tanggung jawab itu ke orang lain, karena dia pengen mastiin langsung kalo lo bakal aman dalam balapan nanti. Berhubung mansion lo lagi kosong, Zio minta gue buat bawa lo kesini. Lagian juga ada nyokap gue. Jadi dia bisa lebih tenang ngebiarin lo disini. Ntar jam 8, Zio bakal jemput lo dan langsung ke arena balap. Skarang udah jam 7. Lo bisa numpang mandi disini. Baju lo.udah Zio siapin. Tuh ada di paper bag." jelas Revan panjang kali lebar, lalu menunjuk paper bag berwarna kuning di atas nakas.

"Kenapa harus di rumah lo? Kan gue bisa nginap di rumah twins somplak?" sinis Zoya.

"Jangan salahin gue. Tadi tuh lo nggak mau ngelepas tangan gue sambil ngigo nggak jelas gitu. Makanya kalo ada masalah tuh diceritain. Jangan lo pendam sendiri. Kebawa mimpi deh akhirnya." jawab Revan tak kalah ketus.

Zoya hanya diam dan memasukan sesendok sup hangat ke dalam mulutnya. Tanpa sadar senyum tipis tersungging di bibir mungilnya.

"Enak." batin Zoya.

Revan terkekeh melihat senyuman Zoya yang menurutnya sangat mahal itu. Mungkin ini saat yang tepat untuk bertanya tentang masa lalu Zoya.

"Emang masa lalu lo tuh gimana sih? Soalnya tadi lo ngigonya sambil nangis gitu." tanya Revan memberanikan diri.         
   
Raut wajah Zoya pun berubah seketika menjadi datar lagi.

"Bad mood lagi nih cewek." batin Revan.

Zoya menatap lurus ke mata Revan dengan tajam, "Jangan pernah nanya soal itu lagi. Masa lalu gue nggak ada urusannya sama lo."

Mendengar nada bicara Zoya membuat Revan mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya. Mereka berdua tenggelam kedalam lamunan masing-masing.

Zoya masih sibuk memakan supnya dan Revan masih setia menatap wajah Zoya. Wajah itu seolah menutupi rasa sakitnya.

Tiba-tiba pintu kamar Revan terbuka menampakkan sosok wanita paruh baya yang diyakini sebagai ibu Revan.

Dilla, ibu Revan tersenyum hangat menatap Zoya, "Hai,  cantik! Gimana kondisi kamu? Udah enakan?" Zoya menjawabnya dengan mengangguk sopan.

"Tante ada urusan sebentar. Kalian nggak papa kan kalau tante tinggal?" Dilla menatap Zoya dan Revan bergantian.

"Bunda mau ke butik?" tanya  Revan. Dilla adalah seorang fashion designer dan pemilik salah satu butik terkenal. Jadi,  tidak heran kalau ia selalu tampil fashionable.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang