Happy reading (っ´▽')っ
~ - ~ - ~
Upacara bendera baru saja selesai. Saat barisan dibubarkan, seluruh peserta upacara menghela napas lega. Cukup sudah penderitaan mereka yang harus lama berdiri dibawah terik matahari yang dengan teganya menjamah kulit mereka. Mereka mempercepat langkah kakinya menuju ke dalam kelas untuk menikmati sejuknya AC dan duduk di bangku masing-masing dengan nyaman.
"Ke kantin dulu, yuk! Lo pasti haus kan?" ajak Revan kepada Zoya saat mereka hendak beranjak dari lapangan mengikuti gerombolan murid lainnya yang berdesakkan masuk ke dalam kelas.
Mata Revan tentu saja bisa melihat keletihan dari wajah Zoya yang terlihat pucat. Memang tadi Revan sudah menghalanginya dari matahari. Tapi tetap saja berdiri dalam jangka waktu yang lama akan membuatnya lelah.
Zoya menghentikan langkahnya dan menatap Revan,"Nggak usah. Kita ke kelas aja. Bentar lagi pelajaran dimulai."
Zoya tau cowok itu pasti khawatir dengannya. Zoya memang gampang lelah kalau tidak sarapan. Tadi pagi Zio mengajaknya untuk sarapan, namun entah kenapa gadis itu tidak merasa lapar. Sementara orang tuanya sudah harus ke luar kota lagi untuk urusan bisnis.
Dan sialnya, sekarang dia kelaparan. Tapi tentu saja dia tidak mau mendapat masalah karena bolos di kantin mengingat seminggu lagi akan dilaksanakan UTS.
Sebenarnya ada sedikit penyesalan ketika dia membuang roti dan susu coklat pemberian Fino tadi. Karena sampai kapanpun, coklat adalah hal yang paling dicintai lidahnya.
Ditambah kondisi perutnya yang belum menerima asupan. Tapi mengingat orang yang memberikannya membuat Zoya tidak sudi menerimanya.
"Tapi muka lo pucet gitu. Kita bolos jam pertama aja. Habis itu baru masuk kelas." Revan tetap tidak mau kalah. Entah kenapa sejak Fino menyindirnya tadi membuatnya ingin selalu memperhatikan gadis itu.
"Ck, gue udah biasa Van. Tenang aja. Gue nggak papa kok."
Revan menghela napas pasrah. Gadis itu memang keras kepala dan sepertinya Revan juga tidak mungkin bolos karena sudah mendapat peringatan dari Dila.
Zoya menarik tangan Revan untuk masuk ke kelas daripada cowok itu terus memaksanya. Revan.sempat tertegun sesaat sebelum akhirnya tersenyum tipis menatap tangannya yang digenggam oleh Zoya.
Sepertinya gadis itu mulai nyaman berada di dekatnya dan itu membuat semangatnya untuk mempertahankan senyum Zoya semakin meningkat.
Ketika keduanya tiba di depan pintu kelas XI IPA 3, tampaklah suasana kelas yang hening karena Bu Lena selaku guru mata pelajaran matematika sudah berdiri di depan kelas menunggu penghuni kelas yang belum masuk seusai upacara bendera.
Dan sepertinya hanya Zoya dan Revan saja murid terakhir yang memasuki kelasnya. Terbukti dari tatapan killer yang diterima keduanya dari guru berambut bob pendek itu.
Inilah puncak kebencian Revan terhadap hari Senin. Disaat lelah seusai upacara, mereka malah harus bertarung dengan rangkaian rumus. Ditambah lagi dengan kehadiran Bu Lena yang menjadi guru matematikanya.
Bukan tanpa alasan Revan risih melihat guru itu. Pasalnya Bu Lena selalu masuk kelas lebih awal, namun keluar kelas paling lama sehingga menyiksa otak dan batin murid-muridnya.
Dalam hati dia selalu berdoa supaya Bu Lena cepat-cepat pensiun, namun sepertinya doanya tidak mungkin dikabulkan. Meskipun wajah Bu Lena sudah seperti lansia, ternyata umurnya bahkan belum menginjak angka lima puluh.
"Kalian telat 3 menit 29 detik. Darimana saja kalian?" tanya Bu Lena dengan tatapan menusuk. Sementara pasangan di depannya hanya membalas dengan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Princess
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! ~ - ~ - ~ Cinta Persahabatan Keluarga Semuanya adalah permainan yang kini ada di depan mata seorang gadis belia yang punya tawa secerah mentari, namun pernah hilang karena kalah dalam pe...