CHAPTER 29

3.1K 114 9
                                    

Happy Reading

⛄⛄⛄

Kedua kendaraan itu melaju membelah jalan raya yang mulai sepi karena malam sudah larut. Seperti yang mereka rencanakan sebelumnya, Zoya mengendarai mobilnya di depan dan Revan mengawalnya di belakang dengan motornya.

Zoya tersenyum tipis melihat wajah Revan dari spion mobilnya. Entah keajaiban apa yang diberikan Revan kepadanya sehingga ia bisa seperti ini.

Lihat saja. Gadis itu yang biasanya tidak peduli kepada siapapun kecuali kakaknya, kini rela mencari seseorang di larut malam seperti ini.

Sedangkan Revan terkekeh sendiri di balik helm-nya. Bagaimana bisa pesona seorang gadis kaku seperti Zoya bisa membuatnya sejatuh ini?

Niatnya yang awalnya hanya untuk melindungi, kini berubah menjadi….. takut kehilangan?

Entahlah.

Mereka juga tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya.

Beberapa saat kemudian, mereka pun memasuki kawasan mansion Athala. Dan ternyata di depan pintu mansion sudah ada Zio, Dika, Alka dan Rehan yang duduk manis di atas motor masing-masing.

Zio dkk pun turun dari motornya ketika Zoya dan Revan turun dari kendaraan masing-masing.

“Eh, Revanol! Udah puas lo main jadi anak hilang? Kabur kemana aja lo? Liat tuh adek gue sampe harus nyariin lo malem-malem gini. Untung aja nggak ikut ilang dianya. Kalo sampe Zoya juga ikutan ilang, kepala lo juga gue ilangin,” omel Zio panjang lebar.

Sementara Dika, Alka dan Rehan cekikikan di belakang Zio melihat Revan yang diomeli habis-habisan. Diantara mereka berlima memang Zio-lah yang paling tegas dan dewasa.

“Iya, iya gue yang salah. Ngomel mulu lo. Udah kayak emak-emak nagih uang kos-kosan,” gerutu Revan.

”Ya elo-“

Cup

Cup

Omelan Zio terpotong oleh Zoya yang mencium pipinya dan Revan secara bergantian, “Yana ngantuk. Kalian berdua jangan berantem mulu.”

Gadis itu berlari kecil memasuki mansion meninggalkan para cowok itu yang masih terpaku dengan kelakuannya tadi.

“Ka,” panggil Zio.

Dika menoleh,”Hm?’

“Itu adek gue? Kok jadi centil gitu?” tanya Zio dengan polosnya.

Sementara Revan masih melongo di tempat dengan tangan mengusap pipi yang dicium Zoya barusan. “Bibir gue nganggur, yang disosor malah pipi.”

Pletakkk

“Kotor amat otak lo. Tuh adek gue lo apain? Kenapa jadi alay gitu modelnya?”

“Mana gue tau. Makin kesini adek lo makin gemesin. Pengen gue bawa pulang. Boleh nggak?”

Pletakkk

“Sakit ogeb!”

“Makanya Van. Otak lo dilaundry dulu baru ngelamar jadi calon adek ipar Zio,” celetuk Alka.

Revan mengusap kepalanya yang dijitak oleh Zio tadi. Sementara teman-temannya malah tertawa terbahak-bahak melihatnya. Laknat emang.

“Btw, Fino lolos seleksi itu kan?” tanya Zio membuat wajah Revan berubah datar. Moodnya rusak lagi.

“Hm.”

Zio menghela napas. Bagaimana pun juga, dia mengerti suasana hati Revan saat ini. Dalam persiapan mendekati perlombaan, Fino dan Zoya akan sering latihan bersama. Memang bukan hanya berdua, tapi Zio yakin Fino akan mengusik adiknya lagi.

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang