CHAPTER 46

96 10 1
                                    

Gamau banyak bacot
Intinya Happy Reading😎

~ - ~ - ~

Tante nitip Tya yah, Van. Tolong awasin dia selama di pesta. Tadi udah tante larang, tapi dia ngeyel katanya bosen di kamar terus. Tante takut dia dapet serangan lagi.

Revan menghela napas lelah melihat pesan yang dikirimkan Maudy kepadanya. Dia tidak keberatan jika harus menjaga Chintya. Hanya saja, pesta yang ramai ini terlalu berisiko untuk kesehatan jantung gadis itu. Bagaimana kalau ia mendapat serangan di depan semua orang?

Kepalanya mendongak dan menemukan gadis itu duduk sendirian di kursi di pinggir kolam. Chintya bukan orang yang mudah bergaul. Itulah sebabnya ia hanya berteman dengan segelintir orang yang itu pun tidak terlalu dekat.

Saat ini Revan, Zoya dan kawan-kawannya sedang duduk manis di meja bundar khusus di dekat panggung utama. Dia tidak mungkin mengajak Chintya duduk bersama dengan mereka.

Revan beralih ke roomchat-nya dengan Chintya untuk menanyakan apakah gadis itu sudah meminum obatnya atau belum.

Obat?

Kepalanya kembali terangkat melihat Chintya yang sepertinya membaca pesan darinya. Gadis itu pun mendongak dan pandangan keduanya bertemu. Chintya hanya tersenyum sambil mengangkat sedikit kepalan tangannya yang terselip tabung obat untuk mengisyaratkan bahwa ia membawa obatnya.

Revan pun mengangguk mengerti. Sekarang tugasnya hanyalah mengawasi agar obat itu bekerja dengan baik sehingga Chintya tidak mendapat serangan berarti selama pesta.

Zoya yang ada di sampingnya pun sedikit menyenggol tangan Revan. Tanpa suara, laki-laki itu menunjukkan pesan dari tante Maudy kepada Zoya agar percakapan mereka tidak didengar siapapun. Zoya yang melihat itu hanya bisa mengangguk maklum. Zoya tidak mau bersikap kekanakan. Ia yakin Revan melakukan semua itu atas dasar kemanusiaan.

Tanpa disadari keduanya, ada Zio yang memperhatikan interaksi mereka bertiga. Terbersit kecurigaan dalam benaknya. Sepertinya ia harus menanyakannya langsung kepada Revan.

Laki-laki itu pun beranjak dari tempat duduknya dan memberi isyarat kepada Revan untuk mengikutinya.

"Udah beberapa kali gue merhatiin interaksi antara lo, Chintya dan Zoya. Ada apa sih antara kalian bertiga?" tanya Zio to the point saat ia dan Revan sudah tiba di koridor yang sepi.

Revan menghembuskan napas lelah. Entah sudah berapa kali ia menghela napasnya hanya karena gadis yang sama. Kenapa pula ia harus dijebak dalam situasi menjengkelkan seperti ini?

"Tante Maudy nitip Tya sama gue. Dia hanya tau kalau lo udah bukan pacarnya Tya, tapi dia nggak tau alasan kalian putus. Dan karena temennya Tya yang dia kenal itu cuman gue, makanya dia nyuruh gue ngawasin Tya di pesta ini," jelas Revan setenang mungkin agar Zio tidak curiga.

Zio mengangguk mengerti,"Gue sempet liat interaksi kalian di UKS. Lo bisa jelasin?"

Revan mengepalkan tangan di dalam saku celananya. Ia yakin Zio sudah memantau mereka sejak lama.

"Kondisi fisiknya lagi lemah. Lo sendiri tau kan kalau Tya emang sering sakit kalau kecapekan? Apalagi kalian udah kelas 12."

"Berarti tabung yang tadi Tya pegang itu..."

"Vitamin," potong Revan cepat. Saking cepatnya, Zio malah memberikan tatapan curiga padanya. Tapi melihat Zoya yang sepertinya sudah tau tentang Revan yang dipercayai untuk menjaga Tya membuat Zio tenang. Setidaknya Revan tidak menyembunyikan apa-apa dari adiknya.

"Udah kan? Gue balik ya? Kasian princess gue nunggu lama," ujar Revan berusaha mencairkan suasana.

Namun baru beberapa langkah, Zio kembali memanggilnya,"Gue tau dia kerja di café lo. Seingat gue Tya hidup di keluarga yang berkecukupan."

My Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang